Home 9 Blog 9 Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik: Fase Tersembunyi Tuberkulosis

Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik: Fase Tersembunyi Tuberkulosis

Apr 23, 2025 • 6 minutes read

Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik : Fase Tersembunyi Tuberkulosis

Pada umumnya, Tuberkulosis (TB) biasanya dibagi menjadi dua kondisi, yaitu TB laten (tidak aktif) dan TB aktif (menunjukkan gejala dan menular). Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa TB sebenarnya berada dalam spektrum yang lebih luas, dengan beberapa orang mengalami suatu fase TB yang berada di antara kedua tahap tersebut, hal tersebut disebut TB subklinis atau TB asimtomatik.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan apa itu TB subklinis/asimtomatik, bagaimana perbedaannya dengan TB laten dan mengapa mencari kasus-kasus tersembunyi ini secara aktif dapat membantu mengendalikan penyebaran TB.

 

 

Alur Infeksi dan Perkembangan Penyakit Tuberkulosis

Setelah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, penyakit dapat berkembang melalui berbagai jalur:[1]

    • Tetap dalam kondisi laten;
    • Langsung berkembang menjadi TB aktif;
    • Berkembang perlahan melalui tahap-tahap awal yang lambat (incipient) dan TB subklinis;
    • Atau bahkan berputar-putar di antara fase-fase tersebut sebelum pulih atau berkembang menjadi TB aktif.

 

Apa itu Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik?

Perbedaan kondisi tuberkulosis

Perbedaan kondisi tuberkulosis. Sumber: shankariasparliament.com.

    • Tuberkulosis (TB) subklinis / asimtomatik berarti bakteri TB hidup dan berkembang biak di dalam tubuh seseorang tetapi orang tersebut tidak memiliki gejala khas, seperti: batuk, demam, atau penurunan berat badan. Namun, tes seperti foto rontgen dada atau tes dahak mungkin menunjukkan tanda-tanda TB. Orang-orang ini merasa cukup sehat sehingga tidak mencari perawatan medis, sehingga TB mereka sering tidak terdiagnosis.[2]
    • WHO mendefinisikan TB asimtomatik sebagai “seseorang dengan penyakit TB yang tidak melaporkan gejala yang mengarah pada TB saat dilakukan skrining”. Definisi yang luas ini terbagi menjadi dua subkategori penting, yaitu TB asimtomatik terkonfirmasi secara bakteriologis dan TB asimtomatik, tidak terkonfirmasi secara bakteriologis.[3]
    • TB asimtomatik terkonfirmasi secara bakteriologis adalah ketika seseorang dengan TB yang terkonfirmasi secara bakteriologis dan tidak melaporkan gejala yang mengarah pada TB saat dilakukan skrining. Sedangkan TB asimtomatik tidak terkonfirmasi secara bakteriologis adalah ketika seseorang dengan TB yang tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan tidak melaporkan gejala yang mengarah pada TB saat dilakukan skrining.[3]
    • TB subklinis juga didefinisikan sebagai “penyakit yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang masih hidup namun tidak menimbulkan gejala klinis terkait TB, tetapi menyebabkan kelainan lain yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis atau mikrobiologis yang ada saat ini”. Kondisi ini merupakan perkembangan dari infeksi TB laten dan TB tahap awal (incipient), yang ditandai dengan keberadaan bakteri yang bereplikasi aktif dan aktif secara metabolik, sehingga berpotensi menular meskipun tidak menunjukkan gejala.[3]
    • TB subklinis dapat sepenuhnya tanpa gejala atau mungkin memiliki gejala yang sangat ringan sehingga tidak dilaporkan oleh pasien selama skrining gejala TB secara klasik. Temuan diagnostik dapat mencakup sputum negatif atau dengan jumlah basil yang sangat sedikit (paucibacillary), serta perubahan radiologis yang minimal atau tidak khas yang mudah terlewat saat pemeriksaan rutin.[4]

 

Baca juga:

Tuberkulosis: Penyebab, Gejala dan Cara Penyembuhan – Cek Artikelnya Di Sini!

Mengenal Tes Cepat Molekuler (TCM) Pada Pemeriksaan TBC – Cek Artikelnya Di Sini!

Sinergi Whole Genome Sequencing – Tes Cepat Molekuler: Revolusi Diagnosis dan Pengobatan TB – Cek Artikelnya Di Sini!

 

Perbedaan Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik dengan TB Laten

    • TB laten berarti bakteri ada tetapi berada dalam kondisi “tidur” — tidak aktif atau berkembang biak. Orang dengan TB laten tidak merasa sakit, tidak memiliki gejala, dan tidak bisa menularkan TB ke orang lain.[5]
    • Pada TB subklinis, bakteri aktif dan berkembang biak, yang berarti orang tersebut bisa menularkan TB, meskipun mereka tidak merasa sakit.[2, 6]

Jadi, TB subklinis adalah tahap yang lebih dekat ke penyakit aktif dibandingkan TB laten, dan ini penting karena orang-orang ini bisa menularkan TB tanpa sadar.[1, 2]

Perbedaan test tb dengan kondisi tbnya

Fase infeksi MTB dan perkembangan penyakit TB. Sumber: Springer Nature.

Berdasarkan ilustrasi gambar di atas, paparan terhadap M. tuberculosis dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh, baik karena respons imun bawaan maupun karena kekebalan yang diperoleh dari sel T. Orang yang berhasil melawan infeksi melalui respons imun bawaan, atau melalui respons imun adaptif tetapi tanpa mempertahankan memori imun, dapat menunjukkan hasil negatif pada uji tuberkulin kulit atau TST dan uji pelepasan interferon-gamma atau IGRA.[7]

Beberapa individu akan berhasil mengeliminasi patogen, tetapi tetap mempertahankan respons memori sel T yang kuat, sehingga hasil TST atau IGRA mereka akan positif. Jika patogen tidak dieliminasi, bakteri akan tetap bertahan dalam keadaan dorman atau dalam bentuk infeksi TB laten yang dapat dideteksi melalui hasil TST atau IGRA yang positif (tes ini memicu respons sel T terhadap antigen MTB). Diperkirakan bahwa 25% populasi dunia terinfeksi secara laten. Namun, hanya sebagian kecil dari mereka yang akan berkembang menjadi penyakit TB aktif.[7]

 

Mengapa Deteksi Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik Penting?

Studi menunjukkan bahwa banyak orang dengan TB tidak memiliki gejala saat didiagnosis, terutama dalam survei komunitas. Tinjauan terbaru memperkirakan bahwa sekitar setengah dari orang dengan TB yang terdeteksi melalui survei prevalensi nasional memiliki penyakit yang terkonfirmasi secara bakteriologis namun tidak melaporkan gejala umum TB seperti batuk yang menetap saat ditanya.[3]

Lebih mengkhawatirkan lagi, analisis data dari 14 negara di Afrika dan Asia menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga dari penularan TB global mungkin berasal dari kasus TB asimtomatik. Kontribusi yang signifikan terhadap penularan penyakit ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi dan mengobati kasus-kasus yang seharusnya tidak terdeteksi ini. Fokus hanya pada orang yang merasa sakit saja berisiko melewatkan sebagian besar masalah ini.[3]

 

Baca juga:

Tes Cepat Molekuler (TCM) Solusi Pemerintah RI Menangani TB – Cek Artikelnya Di Sini!

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Peran WHO Prequalification dalam Percepatan Eliminasi TB – Cek Artikelnya Di Sini!

Faktor Utama END TB Sulit Dicapai: Sosio-Ekonomi & SISLAKES – Cek Artikelnya Di Sini!

 

Cara Deteksi Kasus Tuberkulosis

1. Menunggu Gejala Muncul

Sebagian besar program TB mengandalkan orang yang datang ke klinik saat merasa sakit. Tapi jika seseorang memiliki TB subklinis dan tidak ada gejala, mereka tidak akan mencari perawatan, dan TB mereka bisa terus menyebar.[8]

2. Penemuan Kasus Aktif: Mencari TB Sebelum Gejala Muncul

Kegiatan Active Case Finding (ACF) Dinkes Kota Tangerang

Kegiatan Active Case Finding (ACF) Dinkes Kota Tangerang. Sumber: dinkes.tangerangkota.go.id.

Penemuan kasus aktif atau Active Case Finding (ACF) berarti secara proaktif mencari orang dengan TB di komunitas atau kelompok berisiko tinggi, meskipun mereka tidak memiliki gejala. Ini bisa meliputi:

    • Rontgen dada untuk melihat tanda-tanda TB di paru-paru.[4]
    • Tes dahak menggunakan metode molekuler sensitif yang bisa mendeteksi bakteri TB meskipun jumlahnya sedikit. Sebuah studi di Uganda menunjukkan pentingnya skrining tanpa bergantung pada gejala (symptom-agnostic screening) dengan mendaftarkan pasien yang datang ke fasilitas kesehatan dan melakukan survei prevalensi menggunakan Xpert Ultra MTB/RIF pada semua orang dewasa yang dapat menghasilkan sputum, tanpa memandang ada atau tidaknya gejala. Pendekatan ini berhasil mengidentifikasi prevalensi kasus TB yang tinggi, melebihi estimasi WHO. Hal ini kemungkinan besar akan terlewat jika hanya mengandalkan skrining berbasis gejala.[4]
    • Memeriksa orang yang tinggal serumah dengan pasien TB, orang dengan HIV, atau kelompok berisiko lainnya.[8]

Dengan mencari TB secara aktif, petugas kesehatan bisa menemukan dan mengobati orang dengan TB subklinis sebelum mereka sakit atau menularkan penyakit ke orang lain.[3, 6, 8]

 

Tantangan Active Case Finding (ACF) pada Pasien Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik

    • Orang dengan TB subklinis atau asimtomatik mungkin memiliki gejala yang sangat ringan atau tidak ada sama sekali sehingga skrining berdasarkan gejala tidak efektif.[2, 3, 8]
    • Dahak orang dengan TB subklinis atau asimtomatik mungkin mengandung bakteri dalam jumlah sedikit, sehingga tes bisa saja negatif.[4]
    • Rontgen dada pada orang dengan TB subklinis atau asimtomatik mungkin hanya menunjukkan perubahan kecil yang mudah terlewat jika tidak diperiksa dengan teliti.[4]

 

Baca juga: Penemuan Kasus Aktif (ACF): Solusi Efektif Akhiri Tuberkulosis

 

Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik: Perlunya Pendekatan yang Berbeda

TB subklinis dan asimtomatik adalah fase yang tidak boleh diabaikan dalam pengendalian TB global. Meski tanpa gejala, mereka tetap bisa menularkan penyakit. Pendekatan berbasis gejala saja sudah tidak cukup. Kita membutuhkan strategi penemuan kasus aktif yang agresif dan menyeluruh agar tidak melewatkan fase tersembunyi dari infeksi TB ini.[6, 7, 8]

 

PT Medquest Jaya Global

Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program pencegahan TB. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Tes Cepat Molekuler GeneXpert:

Pelajari Selengkapnya

 

 

 

Referensi artikel:

  1. Drain, P. K., Bajema, K. L., Dowdy, D., Dheda, K., Naidoo, K., Schumacher, S. G., Ma, S., Meermeier, E., Lewinsohn, D. M., & Sherman, D. R. (2018). Incipient and subclinical tuberculosis: A clinical review of early stages and progression of infection. Clinical Microbiology Reviews, 31(4), e00021-18. https://doi.org/10.1128/CMR.00021-18
  2. Fennelly, K. P., & Jones-López, E. C. (2021). The definition of tuberculosis infection based on the spectrum of tuberculosis disease. Breathe, 17(3), 210079. https://doi.org/10.1183/20734735.0079-2021
  3. World Health Organization. (2024). Asymptomatic tuberculosis and implications for programmatic action. In Global tuberculosis report 2024: Featured topics. https://www.who.int/teams/global-programme-on-tuberculosis-and-lung-health/tb-reports/global-tuberculosis-report-2024/featured-topics/asymptomatic-tb
  4. Wong, E. B. (2021). It is time to focus on asymptomatic tuberculosis. Clinical Infectious Diseases, 72(12), e1044–e1046. https://doi.org/10.1093/cid/ciaa1827
  5. Centers for Disease Control and Prevention. (2024, May 8). Clinical overview of latent tuberculosis infection. U.S. Department of Health and Human Services. https://www.cdc.gov/tb/hcp/clinical-overview/latent-tuberculosis-infection.html
  6. Kendall, E. A., Shrestha, S., & Dowdy, D. W. (2021). The epidemiological importance of subclinical tuberculosis: A critical reappraisal. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 203(2), 168–174. https://doi.org/10.1164/rccm.202006-2394PP
  7. Pai, M. (2017, August 4). The spectrum of tuberculosis and why it matters. Research Communities by Springer Nature. https://communities.springernature.com/posts/the-spectrum-of-tuberculosis-and-why-it-matters
  8. Bohlbro, A. S., Hvingelby, V. S., Rudolf, F., Wejse, C., & Patsche, C. B. (2021). Active case-finding of tuberculosis in general populations and at-risk groups: A systematic review and meta-analysis. European Respiratory Journal, 58(4), 2100090. https://doi.org/10.1183/13993003.00090-2021
Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.