Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia. Dengan lebih dari 10 juta kasus baru setiap tahunnya, TB tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan global. Untuk mengurangi dampaknya yang menghancurkan, Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) muncul sebagai strategi penting yang dapat mempercepat upaya pengendalian TB secara global.[1]
Berbeda dengan penemuan kasus pasif, di mana pasien mencari layanan kesehatan atas inisiatif sendiri, ACF secara proaktif mengidentifikasi kasus TB, terutama di populasi yang kurang terlayani. Pendekatan ini memungkinkan diagnosis dan pengobatan lebih awal, yang sangat penting untuk mengurangi penyebaran dan beban penyakit.[1]
Artikel ini membahas pentingnya ACF, metode yang digunakan, tantangan yang dihadapi, serta arah masa depan dalam penerapan strategi ini untuk memberantas TB.
Apa itu Penemuan Kasus Aktif (ACF)?

Kegiatan Active Case Finding (ACF) Dinkes Kota Tangerang. Sumber: dinkes.tangerangkota.go.id.
Penemuan Kasus Aktif (ACF) adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi individu yang diduga memiliki TB melalui:[1]
- Skrining komunitas: Menggunakan tenaga kesehatan atau sukarelawan untuk mendatangi populasi berisiko.
- Program outreach: Mengunjungi wilayah terpencil atau populasi yang sulit dijangkau.
- Intervensi terfokus: Menargetkan kelompok berisiko tinggi seperti narapidana, pekerja migran, atau pasien dengan HIV/AIDS.
Dengan mengurangi keterlambatan diagnosis dan memulai pengobatan lebih awal, ACF memiliki dampak signifikan terhadap pengendalian TB. Sebagai bagian penting dari Strategi Akhiri TB WHO (End TB Strategy), ACF selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ketiga, yang berfokus pada memastikan kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua orang pada semua usia pada tahun 2030.[1]
Mengapa Penemuan Kasus Aktif (ACF) Efektif?
ACF menjadi pilihan yang efektif karena berbagai alasan, antara lain:[2, 3]
1. Peningkatan Deteksi Kasus
ACF meningkatkan jumlah kasus yang terdeteksi, terutama di wilayah dengan akses terbatas ke layanan kesehatan. Contohnya adalah daerah kumuh perkotaan atau desa terpencil di mana stigma dan kemiskinan sering menjadi penghalang utama. Pendekatan ini memungkinkan pendeteksian pasien TB yang mungkin tidak terjangkau oleh sistem kesehatan formal.
2. Penurunan Tingkat Penularan
Dengan mengidentifikasi dan mengobati kasus lebih awal, tingkat penularan TB dalam komunitas dapat dikurangi secara signifikan. Pasien menjadi kurang menular setelah memulai terapi, yang mengurangi penyebaran penyakit.
3. Efisiensi Biaya
Meskipun membutuhkan investasi awal, ACF mengurangi biaya bagi pasien, seperti biaya transportasi dan kehilangan pendapatan, dengan menghadirkan layanan lebih dekat ke komunitas. Studi yang diterbitkan dalam Lancet Public Health menunjukkan bahwa penerapan ACF secara intensif dapat secara signifikan menurunkan prevalensi TB di wilayah dengan beban tinggi.
Tantangan dalam Implementasi Penemuan Kasus Aktif (ACF)

Kegiatan Active Case Finding (ACF) di Laos. Sumber: humana.org
Walaupun terbukti bermanfaat, implementasi ACF menghadapi sejumlah hambatan yang perlu diatasi:[4, 5]
1. Stigma dan Resistensi
Di banyak budaya, TB membawa stigma sosial yang menghalangi partisipasi dalam program skrining. Masyarakat sering kali enggan menjalani pemeriksaan karena takut dikucilkan. Upaya pendidikan dan keterlibatan komunitas diperlukan untuk mengurangi stigma ini.
2. Keterbatasan Sumber Daya
ACF membutuhkan tenaga ahli, alat diagnostik, dan dana yang memadai—sumber daya yang sering kali langka di negara – negara berpenghasilan rendah.
3. Kelemahan Sistem Tindak Lanjut
Sebagian besar individu yang didiagnosis melalui ACF gagal memulai atau menyelesaikan pengobatan. Di beberapa wilayah, tingkat kegagalan memulai pengobatan mencapai 25%, menunjukkan perlunya sistem rujukan dan tindak lanjut yang lebih kuat.
4. Kebutuhan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan skrining, edukasi, dan outreach yang efektif. Mengatasi kebutuhan ini sangat penting bagi keberhasilan program ACF.
Strategi Inovatif untuk Hasil yang Lebih Baik

Kegiatan Active Case Finding (ACF) Dinkes Kota Yogyakarta. Sumber: jogjakota.go.id.
Berbagai strategi inovatif dapat digunakan untuk mengatasi tantangan dalam implementasi ACF:[2, 3]
1. Integrasi dengan Sistem Kesehatan
ACF dapat diintegrasikan ke dalam program kesehatan yang ada, seperti layanan kesehatan ibu dan anak, untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dan meningkatkan hasil pasien.
2. Pemanfaatan Teknologi Digital
Aplikasi dan platform digital memungkinkan pengumpulan data secara real-time, memberikan pengingat untuk janji temu, serta edukasi tentang TB. Teknologi ini juga dapat meningkatkan keterlibatan pasien dan memantau keberhasilan program.
3. Pemberdayaan Tenaga Kesehatan Komunitas
Tenaga kesehatan lokal yang memahami konteks budaya dan sosial masyarakat dapat menjembatani kesenjangan antara sistem kesehatan formal dan populasi yang kurang terlayani. Mereka juga mampu membangun kepercayaan dalam komunitas.
4. Penelitian dan Evaluasi Berkelanjutan
Penelitian yang berfokus pada identifikasi populasi berisiko tinggi dan strategi yang paling efektif dapat membantu meningkatkan efisiensi dan dampak program ACF.
Penemuan Kasus Aktif (ACF) sebagai Pilar dalam Pengendalian TB
Penemuan Kasus Aktif menawarkan pendekatan transformasional untuk mengendalikan TB, dengan menekankan deteksi dini dan pengobatan. Meskipun menghadapi tantangan, manfaat yang telah terbukti dari ACF menunjukkan potensinya untuk mengurangi beban TB secara global. Untuk memastikan keberhasilan program ACF, diperlukan:[2, 3]
- Penyesuaian solusi dengan konteks lokal;
- Keterlibatan komunitas secara aktif;
- Sistem tindak lanjut yang kuat, dan
- Kolaborasi erat antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan peneliti.
Dengan usaha kolektif dan pendekatan berbasis bukti, TB dapat diubah dari penyakit yang mematikan menjadi kondisi yang dapat dicegah dan diobati. Masa depan tanpa TB bukan hanya harapan, tetapi tujuan yang dapat dicapai dengan strategi seperti ACF.
Bagi Anda penyedia fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit, klinik, laboratorium dan puskesmas, yang sedang membutuhkan alat kesehatan pemeriksaan tuberkulosis Tes Cepat Molekuler GeneXpert yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, silakan dapat mengunjungi halaman berikut ini untuk informasi selengkapnya:
Referensi Artikel
- World Health Organization. _SDG Target 3.3 Communicable Diseases_. Available from: https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/sdg-target-3_3-communicable-diseases [Accessed Dec 11, 2024].
- Burke, R. M., et al. 2021. Community-based active case-finding interventions for tuberculosis: a systematic review. The Lancet Public Health, 6(5), e283-e299. https://doi.org/10.1016/S2468-2667(21)00033-5
- Lorent N, Choun K, Malhotra S, Koeut P, Thai S, et al. (2015) Challenges from Tuberculosis Diagnosis to Care in Community-Based Active Case Finding among the Urban Poor in Cambodia: A Mixed-Methods Study. PLOS ONE 10(7): e0130179. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0130179
- Biermann, O., Klüppelberg, R., Lönnroth, K., Viney, K., Caws, M., & Atkins, S. (2021). ‘A double-edged sword’: Perceived benefits and harms of active case-finding for people with presumptive tuberculosis and communities-A qualitative study based on expert interviews. PloS one, 16(3), e0247568. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0247568
- Shamanewadi, A. N., Naik, P. R., Thekkur, P., Madhukumar, S., Nirgude, A. S., Pavithra, M. B., Poojar, B., Sharma, V., Urs, A. P., Nisarga, B. V., Shakila, N., & Nagaraja, S. B. (2020). Enablers and Challenges in the Implementation of Active Case Findings in a Selected District of Karnataka, South India: A Qualitative Study. Tuberculosis research and treatment, 2020, 9746329. https://doi.org/10.1155/2020/9746329.