Home 9 Blog 9 Mengenal Tes Cepat Molekuler (TCM) Pada Pemeriksaan TBC

Mengenal Tes Cepat Molekuler (TCM) Pada Pemeriksaan TBC

Oct 9, 2023 • 5 minutes read

Baru – baru ini, masyarakat yang sedang ramai membahas seputar Tes Cepat Molekuler (TCM) yang digadang – gadang mampu mengatasi permasalahan Tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Ya, hal ini wajar dikarenakan pihak pemerintah sudah menggunakan metode TCM sebagai terobosan baru dalam mendiagnosis penyakit TBC dengan cepat dan juga akurat.

Namun yang menjadi pertanyaan di sini adalah, tahukah Anda mengenai pemeriksaan TCM ini? Apabila Anda ingin tahu lebih mendalam seputar pemeriksaan TCM, maka sebaiknya perlu menyimak detail informasi lengkap di artikel berikut.

Apa yang dimaksud dengan Tes Cepat Molekuler (TCM)?

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa penyakit Tuberkolusis (TBC) menjadi salah satu ancaman kesehatan yang berbahaya dan terbilang cukup sulit untuk melakukan proses pendeteksian secara efektif. Apabila deteksi terhadap penyakit TBC ini sulit dan tidak, maka dikhawatirkan penyakit tersebut akan menjadi sumber infeksi di seluruh negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia[1].

Baca Juga: Tuberkulosis: Penyebab, Gejala dan Cara Penyembuhan

Di samping itu, kemunculan penyakit TBC Resisten Obat (TBC-RO), tentunya akan meningkatkan angka kematian bagi penderita TBC, khususnya bagi penderita TBC yang terjangkit HIV[1].

Negara dengan kasus TBC terbanyak akan melakukan pemeriksaan mikroskopis untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Akan tetapi, metode satu ini dinilai kurang tepat dilakukan karena memiliki banyak kelemahan, di antaranya adalah tingkat sensitivitas yang rendah, sulit dalam menentukan terhadap kepekaan obat dan memiliki kualitas hasil uji yang bervariasi karena dipengaruhi oleh tingkat keterampilan teknisi dalam melakukan pengujian[1].

Oleh karena itu, diperlukan adanya metode pemeriksaan yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi dalam mendiagnosis penyakit TBC[1].

Salah satu metode pemeriksaan yang saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah Indonesia dalam mendiagnosis penyakit TBC adalah pemeriksaan TCM dengan menggunakan GeneXpert System. Pemeriksaan ini berbasis nested real-time Polymerase Chain Reaction (PCR)[1].

Saat ini, penggunaan TCM telah menjadi prioritas utama dalam diagnosa penyakit TBC, dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskop[1].

Baca Juga: Tes Cepat Molekuler (TCM) Solusi Pemerintah RI Menangani TB

Berbicara lebih lanjut mengenai TCM, instrumen deteksi molekuler ini berjalan secara otomatis & katridnya sendiri sudah berisi reagen-reagen yang dibutuhkan untuk PCR. Dengan menggunakan TCM, maka DNA MTB (Mycobacterium tuberculosis) dapat terdeteksi lebih cepat secara kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah sampel sputum (dahak) penderita TBC.

Cara kerja TCM

Apabila kita melihat ulasan di atas, Anda tentu sudah mengetahui bahwa TCM GeneXpert System berbasis nested real-time PCR dan digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit TBC.

Dalam melakukan pemeriksaan TBC, instrumen TCM akan secara otomatis melakukan seluruh tahapan PCR. Pemeriksaan TCM membutuhkan integrasi beberapa komponen, diantaranya alat GeneXpert System, perangkat PC / komputer dan perangkat lunak / software.

Katrid yang digunakan dalam setiap pemeriksaan adalah sekali pakai dan dirancang sedemikian rupa untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi. Katrid Xpert MTB, umumnya memiliki pengendali internal sendiri, seperti Sample Processing Control (SPC) dan Probe Check Control (PCC).

Dengan menggunakan TCM, Mycobacterium tuberculosis akan dapat terdeteksi secara kuantitatif. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya resistansi terhadap rifampisin secara simultan.

Deteksi TBC-RO dapat dilakukan dengan menggandakan sekuen gen rpoB dari bakteri TBC kompleks dengan bantuan 5 probe khusus (moleculer beacon) untuk deteksi mutasi. Dalam hal ini, setiap moleculer beacon akan diberikan label dengan dye florofor yang akan berpendar saat mutasi terdeteksi.

Dalam proses mendiagnosis penyakit TBC paru, pemeriksaan TCM biasanya menggunakan spesimen berupa dahak. Spesimen ini bisa diperoleh dengan berdahak secara langsung ataupun dengan cara dilakukan proses penginduksian.

Pemanfaatan metode pemeriksaan menggunakan TCM

Banyaknya fasilitas kesehatan yang menggunakan TCM sebagai salah satu metode pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit TBC, memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, penggunaan TCM sebagai prioritas pemeriksaan penyakit TBC sendiri memang menawarkan banyak sekali kelebihan di dalamnya.

Adapun beberapa kelebihan dari TCM yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum menggunakannya, antara lain sebagai berikut:

    • Pemeriksaan TCM dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit TBC, memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi.
    • TCM dapat memberikan hasil pemeriksaan jauh lebih cepat, yang mana hasilnya bisa diketahui dalam kurun waktu
    • Pemeriksaan TCM dapat mendeteksi penyakit TBC secara simultan dengan resistensinya terhadap rifampisin. Dimana rifampisin merupakan salah satu obat anti TBC yang paling sering digunakan dalam dunia kesehatan.
    • Pemeriksaan TCM umumnya menawarkan tingkat biosafety yang lebih tinggi.

Secara umum, pemeriksaan TCM digunakan untuk membantu proses deteksi penyakit TBC. Hal ini sudah diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016. Pemeriksaan TCM sendiri bisa dilakukan untuk menangani semua pasien, baik yang berasal dari sektor pemerintah maupun swasta yang memang sudah tertuang dalam Program Nasional Penanggulangan TBC[3].

Semua pasien dengan riwayat penyakit TBC yang telah terdeteksi atau terdiagnosis menggunakan pemeriksaan TCM, diwajibkan untuk dilakukan pencatatan rinci. Selain itu, metode pemeriksaan yang dilakukan juga harus terlaporkan dan pasien mendapat pengobatan sesuai dengan standar yang berlaku. Pemeriksaan TCM sendiri dapat digunakan untuk pemeriksaan non TBC seperti penyakit HIV dan penyakit Hepatitis.

Perbedaan utama di antara TCM dan Bakteri Tahan Asam

Ketika membahas mengenai pemeriksaan TCM, terkadang masih banyak orang yang menyamakan metode pemeriksaan tersebut dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA).

Meskipun sama – sama membantu dalam mendiagnosis penyakit TBC paru, kedua metode pemeriksaan ini ternyata memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Oleh karena itu, bagi Anda yang ingin tahu mengenai apa saja perbedaan di antara metode pemeriksaan TCM dan BTA, maka bisa menyimak detail penjelasannya di bawah ini:

1. Metode pemeriksaan BTA

    • Pada pemeriksaan BTA, pemeriksaan yang dilakukan menggunakan sampel dahak. Yang mana, sampel ini akan diambil 3 kali yaitu pada pagi hari, sore hari dan pagi di keesokan harinya.
    • Selanjutnya sampel dahak akan diwarnai dengan metode Zielh Neelsen dan dibaca dengan menggunakan alat mikroskop dengan pembesaran objektif 1000 kali.
    • Hasil pemeriksaan dikatakan positif jika terdeteksi sebanyak 10-99 kuman dalam 100 lapangan pandang (+1), 1-10 kuman dalam 100 lapangan pandang (+2) dan lebih dari 10 kuman dalam 1 lapangan pandang (+3).

2. Metode pemeriksaan TCM

    • Pemeriksaan TCM dengan menggunakan GeneXpert System, dilakukan untuk proses diagnosis awal tersangka penyakit TBC paru dan pasien TBC paru dengan kontaminasi HIV atau dugaan adanya resistensi terhadap rifampisin.
    • Pemeriksaan TCM akan memberikan hasil diagnosis yang lebih akurat dalam mendeteksi resistensi rifampisin dalam waktu kurang lebih 100 menit.
    • Pemeriksaan TCM menggunakan metode real-time PCR.
    • Pemeriksaan TCM juga akan membantu dalam hal pendeteksian ada atau tidaknya DNA MTB dan resistensinya terhadap rifampisin.

Dimana bisa menemukan metode pemeriksaan Tes Cepat Molekuler?

Setelah mengetahui secara mendalam terkait pemeriksaan TCM di atas, Anda sendiri tentunya penasaran bukan mengenai dimana saja pemeriksaan tersebut dilakukan?

Jika ditelisik secara lebih mendalam, metode pemeriksaan TCM biasanya sering kali kita temukan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia. Pemeriksaan TCM dapat ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memang sudah melalui yang proses seleksi kelayakan oleh pihak terkait.

Karena alasan itu, tidak mengherankan jika pemeriksaan TCM masuk sebagai salah satu program nasional dalam penanggulangan penyakit TBC di Indonesia. Hal itu menjadikan pemeriksaan TCM diselenggarakan oleh pemerintah tanpa dikenakan biaya.

Kendati demikian, dalam melakukan pemeriksaan TCM juga diharuskan mengikuti semua prosedur yang sudah ditetapkan. Maka jika Anda ingin melakukan pemeriksaan TCM, perlu menghubungi pihak fasilitas pelayanan kesehatan terlebih dahulu.

Demikianlah tadi informasi penting yang bisa Anda ketahui dan pahami seputar apa itu metode pemeriksaan TCM. Adapun salah satu metode pemeriksaan dengan menggunakan TCM sendiri, biasanya akan menggunakan alat khusus seperti halnya GeneXpert System yang sudah terbukti unggul dan akurat dalam memberikan hasil diagnosa.

 

Referensi Artikel:

  1. Kementerian Kesehatan. (2017). Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler. https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2020/05/LAB_PETUNJUK-TEKNIS-PEMERIKSAAN-TB-DENGAN-TCM-2017.pdf
  2. Lusinta, Hesty. (2020). Tes Cepat Molekuler (TCM). RSUP Soeradji. https://rsupsoeradji.id/tes-cepat-molekuler-tcm/
  3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Biro Hukum Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._67_ttg_Penanggulangan_Tuberkolosis_.pdf

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.

Other Articles