Home 9 Blog 9 Hari Kanker Ovarium Sedunia 2025: No Woman Left Behind

Hari Kanker Ovarium Sedunia 2025: No Woman Left Behind

May 7, 2025 • 10 minutes read

Hari Kanker Ovarium Sedunia 2025: No Woman Left Behind

 

 

 

Hari Kanker Ovarium Sedunia 2025: Sejarah, Tema dan Makna Peringatan

World Ovarian Cancer Day 2025

World Ovarian Cancer Day 2025.

Diprakarsai pada tahun 2013 oleh para pemimpin organisasi advokasi kanker ovarium dari berbagai negara, World Ovarian Cancer Day yang diperingati setiap tanggal 8 Mei menjadi momen penting untuk menyatukan suara dunia dalam melawan kanker ovarium. Meski Koalisi Kanker Ovarium Dunia menjalankan berbagai inisiatif sepanjang tahun, Hari Kanker Ovarium Sedunia menjadi agenda utama dalam kampanye peningkatan kesadaran global.[1]

Selama lebih dari satu dekade, peringatan ini telah berkembang pesat—dari sebuah ide sederhana menjadi gerakan internasional yang menjangkau hampir seluruh negara di dunia dan disampaikan dalam lebih dari 50 bahasa.[2]

Tema Hari Kanker Ovarium Sedunia 2025 adalah No Woman Left Behind atau Tidak Ada Perempuan yang Tertinggal. Tema ini menegaskan komitmen untuk memastikan setiap perempuan, di mana pun ia berada dan apa pun latar belakangnya, memiliki akses yang adil terhadap informasi penting, deteksi dini, serta pengobatan kanker ovarium yang efektif. Kampanye ini juga menyoroti pentingnya mengatasi kesenjangan dalam akses layanan kesehatan bagi para penyintas dan pasien kanker ovarium.[1]

 

Memahami Penyakit Kanker Ovarium

1. Apa itu Penyakit Kanker Ovarium?

Bagian-bagian dari sistem reproduksi wanita

Bagian-bagian dari sistem reproduksi Wanita. Sumber: CDC.

Kanker ovarium merupakan penyakit yang berkembang pada indung telur (ovarium), tuba falopi, atau lapisan rongga perut (peritoneum). Wanita memiliki dua ovarium yang terletak di sisi kanan dan kiri rahim, tepat di dalam rongga panggul. Ovarium berperan penting dalam menghasilkan hormon kewanitaan dan melepaskan sel telur untuk proses reproduksi. Sel telur ini kemudian bergerak melalui tuba falopi menuju rahim.[3]

Jenis kanker ovarium ditentukan oleh asal sel tempat kanker pertama kali muncul. Informasi ini sangat penting karena membantu dokter menentukan pilihan terapi yang paling efektif. Secara umum, kanker ovarium terbagi menjadi tiga jenis utama:[4]

    • Kanker ovarium epitelial: Merupakan jenis yang paling sering ditemukan. Terdiri dari beberapa subtipe, seperti karsinoma serosa dan karsinoma musinosum.
    • Tumor stroma: Jenis ini lebih jarang dan cenderung terdeteksi lebih awal dibanding jenis lainnya.
    • Tumor sel germinal: Biasanya muncul pada usia lebih muda dan termasuk jenis kanker ovarium yang juga cukup jarang.

2. Penyebab Terjadinya Penyakit Kanker Ovarium

Hingga saat ini, penyebab pasti kanker ovarium masih belum diketahui. Namun, para ahli medis telah menemukan sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini.[4]

Kanker ovarium bermula ketika sel-sel di ovarium atau di sekitarnya mengalami perubahan atau mutasi genetik pada DNA-nya. DNA merupakan “petunjuk kerja” bagi setiap sel. Ketika terjadi mutasi, sel-sel tersebut mulai tumbuh dan membelah secara tidak terkendali, membentuk benjolan atau tumor ganas. Sel kanker ini tidak mengikuti siklus hidup normal — mereka terus hidup saat seharusnya mati, menyerang jaringan di sekitarnya, dan berpotensi menyebar ke organ lain melalui proses yang disebut metastasis.[4]

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Ovarium:[5]

    • Usia di atas 50 tahun.
    • Riwayat keluarga yang pernah mengidap kanker ovarium, payudara, atau usus.
    • Mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, yang juga berkaitan dengan kanker payudara.
    • Keturunan Yahudi Ashkenazi, yang lebih rentan terhadap mutasi genetik tertentu.
    • Menstruasi pertama terlalu dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause terlambat.
    • Belum pernah hamil, atau baru memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun.
    • Penggunaan terapi hormon estrogen tanpa kombinasi progesteron, atau penggunaan obat kesuburan.

 

Baca juga:

Kanker Serviks & Peran Tes Cepat Molekuler Pada Pemeriksaan HPV – Cek Artikelnya Di Sini!

Leukemia – Semua Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Jenis Kanker Darah Ini – Cek Artikelnya Di Sini!

Bulan Peduli Kanker Serviks 2025: Pentingnya Tes Molekuler Dini – Cek Artikelnya Di Sini!

 

3. Gejala Penyakit Kanker Ovarium

Kanker ovarium pada tahap awal sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas. Bahkan ketika gejala mulai muncul, banyak yang mengira berasal dari masalah kesehatan umum lainnya, sehingga kerap diabaikan.[4]

Meski begitu, penting untuk mengenali tanda-tanda yang patut diwaspadai, seperti:[5]

    • Perut terasa kembung tanpa sebab yang jelas
    • Cepat merasa kenyang meski baru makan sedikit
    • Frekuensi buang air kecil meningkat atau muncul dorongan mendesak untuk buang air kecil
    • Nyeri di area punggung, perut, atau panggul
    • Sembelit atau diare yang tidak biasa
    • Gangguan siklus menstruasi
    • Tubuh mudah lelah
    • Gangguan pencernaan yang terus berulang
    • Rasa sakit saat berhubungan intim
    • Berat badan menurun atau naik tanpa alasan yang jelas

Gejala-gejala ini bisa disebabkan oleh kondisi lain, namun jika Anda mengalaminya secara terus-menerus atau makin memburuk, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.[5]

 

4. Kasus Penyakit Kanker Ovarium Global dan di Indonesia

Diagram estimasi jumlah kasus kanker di Indonesia

Diagram estimasi jumlah kasus kanker di Indonesia. Sumber: Kemenkes RI.

Jumlah perempuan yang terdiagnosis kanker ovarium di seluruh dunia terus menunjukkan kenaikan. Pada tahun 2022, tercatat lebih dari 324.000 kasus baru, dan angka ini diperkirakan akan melonjak hingga mendekati setengah juta kasus setiap tahunnya pada tahun 2050—menandai peningkatan sekitar 55%. Kawasan Asia diprediksi mengalami peningkatan jumlah kasus terbesar secara absolut, sementara wilayah Afrika menunjukkan lonjakan persentase tertinggi, dengan jumlah perempuan yang terdiagnosis diperkirakan lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.[6]

Menurut data dari World Cancer Research Fund, menyebutkan bahwa hampir 10.000 perempuan Indonesia kehilangan nyawa akibat kanker ovarium pada tahun 2022. Sementara itu pada tahun 2024, diperkirakan terdapat sekitar 15.000 kasus baru. Di Indonesia, kanker ovarium menjadi salah satu jenis kanker paling umum yang menyerang perempuan. Mengacu pada Rencana Kanker Nasional 2024–2034 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, kanker ovarium menempati posisi ketiga tertinggi dalam kasus kanker pada perempuan di tanah air.[7, 8]

 

5. Pencegahan Penyakit Kanker Ovarium

Hingga saat ini, belum ada metode pencegahan yang benar-benar terbukti efektif untuk mencegah kanker ovarium. Bahkan prosedur seperti pengangkatan ovarium (ooforektomi) pada wanita dengan riwayat keluarga yang kuat tidak selalu menjamin perlindungan penuh terhadap penyakit ini.[5]

Namun, beberapa faktor berikut diketahui berkaitan dengan penurunan risiko terkena kanker ovarium:[9]

    • Penggunaan pil KB kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron selama lima tahun atau lebih.
    • Sterilisasi tuba falopi (pengikatan saluran tuba), pengangkatan kedua ovarium, saluran tuba, atau prosedur histerektomi (pengangkatan rahim dan kadang juga leher rahim).
    • Pernah melahirkan.
    • Menyusui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui selama satu tahun atau lebih dapat sedikit menurunkan risiko kanker ovarium.

Meskipun langkah-langkah ini dapat membantu menurunkan kemungkinan terkena kanker ovarium, tidak semuanya cocok untuk setiap individu. Diskusikan dengan dokter Anda untuk memahami opsi yang paling sesuai, termasuk potensi manfaat dan risikonya. Misalnya, meskipun pil KB bisa menurunkan risiko kanker ovarium, penggunaannya dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko kanker payudara.[9]

Perlu diingat: Mengurangi risiko bukan berarti bebas dari kemungkinan terkena kanker. Konsultasi rutin dan deteksi dini tetap menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan Anda.[9]

 

6. Diagnosis Penyakit Kanker Ovarium

Ilustrasi pemeriksaan panggul (pelvic exam)

Ilustrasi pemeriksaan panggul (pelvic exam). Sumber: Mayo Clinic.

Jika Anda merasakan gejala yang diduga berkaitan dengan kanker ovarium, dokter biasanya akan menyarankan serangkaian pemeriksaan untuk mengevaluasi apakah terdapat kista, tumor, atau perubahan lain pada organ reproduksi. Pemeriksaan tersebut meliputi:[10]

  • Pemeriksaan Panggul (Pelvic Exam)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan memasukkan jari yang sudah diberi sarung tangan ke dalam vagina, sambil menekan bagian perut dengan tangan lainnya. Tujuannya adalah meraba organ-organ di area panggul, seperti rahim dan ovarium. Dokter juga akan memeriksa secara visual bagian luar kelamin, vagina, dan leher rahim.

  • Pemeriksaan Pencitraan (Imaging Test)

Tes pencitraan seperti USG atau CT scan pada perut dan panggul dapat membantu dokter menilai ukuran, bentuk, dan struktur indung telur Anda. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi adanya kelainan fisik, seperti kista atau massa abnormal.

  • Tes Darah

Beberapa tes darah dapat dilakukan untuk menilai fungsi organ dan kondisi kesehatan secara umum. Selain itu, dokter mungkin akan memeriksa kadar penanda tumor, seperti antigen kanker CA-125, yang kadarnya bisa meningkat pada beberapa kasus kanker ovarium. Walaupun tes ini tidak dapat memastikan adanya kanker, hasilnya dapat memberikan petunjuk penting untuk diagnosis dan rencana pengobatan.

  • Tes Genetik

Untuk mengetahui risiko keturunan, dokter dapat menyarankan tes genetik dengan mengambil sampel darah. Tes ini bertujuan mendeteksi perubahan genetik tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.

Jika hasilnya menunjukkan adanya mutasi gen, informasi ini dapat membantu dokter merancang pengobatan yang lebih tepat. Selain itu, Anda juga bisa membagikan informasi ini kepada anggota keluarga, seperti saudara kandung atau anak, agar mereka juga bisa melakukan deteksi dini.

 

7. Pengobatan Penyakit Kanker Ovarium

Pengelolaan kanker ovarium umumnya melibatkan kombinasi tindakan operasi dan kemoterapi. Dalam kondisi tertentu, terapi lain juga dapat dipertimbangkan untuk menunjang keberhasilan pengobatan.[10]

 

7.1. Operasi Pengangkatan Kanker Ovarium

Langkah pertama dalam penanganan kanker ovarium biasanya adalah tindakan bedah. Tujuannya adalah untuk mengangkat jaringan yang terdampak kanker sebanyak mungkin. Jenis operasinya bergantung pada sejauh mana penyebaran kanker:[10]

  • Pengangkatan satu ovarium dan tuba falopi

Bila kanker masih berada di tahap awal dan hanya menyerang satu ovarium, dokter dapat melakukan operasi untuk mengangkat ovarium yang terdampak beserta tuba falopinya. Prosedur ini masih memungkinkan seseorang untuk mempertahankan kesuburannya.

  • Pengangkatan kedua ovarium dan tuba falopi

Jika kanker sudah menyerang kedua ovarium namun belum menyebar lebih luas, tindakan pengangkatan kedua ovarium dan tuba falopi dapat dilakukan. Rahim tetap dipertahankan, sehingga masih ada kemungkinan untuk hamil menggunakan embrio atau sel telur beku sendiri maupun donor.

  • Pengangkatan ovarium, rahim, dan jaringan lain yang terdampak

Untuk kasus kanker yang lebih lanjut, atau jika kehamilan tidak lagi menjadi pertimbangan, operasi mencakup pengangkatan ovarium, tuba falopi, rahim, kelenjar getah bening sekitar, dan jaringan lemak di rongga perut (omentum).

  • Operasi untuk kanker stadium lanjut

Pada kanker ovarium yang sudah menyebar luas, prosedur operasi bertujuan mengangkat sebanyak mungkin jaringan kanker. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah operasi tergantung pada situasi klinis.

 

7.2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan dengan obat-obatan yang dirancang untuk membunuh sel-sel yang tumbuh cepat, termasuk sel kanker. Obat kemoterapi bisa diberikan secara infus atau dikonsumsi dalam bentuk tablet.[10]

Biasanya, kemoterapi dilakukan setelah operasi untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tertinggal. Dalam beberapa kasus, kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker terlebih dahulu.[10]

Pada beberapa pasien, kemoterapi dilakukan secara langsung ke dalam rongga perut dengan suhu hangat (HIPEC – Hyperthermic Intraperitoneal Chemotherapy). Prosedur ini dilakukan selama operasi, lalu obat akan dibiarkan bekerja selama beberapa waktu sebelum dikeluarkan.[10]

 

7.3. Terapi Bertarget

Terapi bertarget menggunakan obat yang dirancang untuk menyerang kelemahan spesifik di dalam sel kanker. Dengan menargetkan titik lemah tersebut, terapi ini dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan sel kanker secara efektif.[10]

Untuk mengetahui jenis terapi bertarget yang paling sesuai, dokter akan melakukan uji laboratorium terhadap sampel sel kanker pasien.[10]

 

7.4. Terapi Hormon

Beberapa jenis kanker ovarium berkembang karena dipengaruhi oleh hormon estrogen. Terapi hormon bekerja dengan menghambat efek estrogen, sehingga dapat memperlambat atau menghentikan pertumbuhan kanker.[10]

Terapi ini biasanya direkomendasikan untuk jenis kanker ovarium yang tumbuh lambat, atau sebagai pilihan bila kanker muncul kembali setelah pengobatan awal.[10]

 

7.5. Imunoterapi

Imunoterapi membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan melawan sel kanker. Kanker seringkali dapat menyembunyikan dirinya dari sistem imun, dan imunoterapi berperan untuk mengatasi hal tersebut.[10]

Meskipun tidak selalu digunakan, imunoterapi bisa menjadi alternatif dalam kondisi tertentu, tergantung pada jenis dan karakteristik kanker ovarium yang diderita.[10]

 

7.6. Perawatan Pendukung (Paliatif)

Perawatan paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi rasa sakit dan gejala lain yang mengganggu. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya yang bekerja sama untuk memberikan dukungan fisik, emosional, dan psikologis kepada pasien dan keluarganya.[10]

Perawatan ini dapat diberikan bersamaan dengan pengobatan utama seperti operasi dan kemoterapi. Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima perawatan paliatif sejak awal cenderung merasa lebih nyaman dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.[10]

 

Baca juga:

Helicobacter Pylori Salah Satu Penyebab Terjadinya Kanker Lambung – Cek Artikelnya Di Sini!

Tes Cepat Molekuler Deteksi HPV – Cek Selengkapnya Di Sini!

Uji Saring NAT: Cegah Penyakit Menular Pada Darah Donor – Cek Artikelnya Di Sini!

 

Fakta vs Mitos Seputar Penyakit Kanker Ovarium

Mitos 1: “Mengonsumsi pil KB bisa menyebabkan kanker ovarium.[11]
Fakta: Justru sebaliknya, penggunaan pil kontrasepsi oral terbukti dapat mengurangi risiko kanker ovarium hingga 40–50%. Ini karena pil KB membantu menekan ovulasi secara berulang, yang merupakan salah satu faktor risiko kanker ovarium.[11]

Mitos 2: “Kanker ovarium adalah penyakit menular yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual.[11]
Fakta: Kanker ovarium bukan termasuk penyakit menular. Kondisi ini tidak dapat menyebar melalui aktivitas seksual dan tidak menular dari satu orang ke orang lainnya.[11]

Mitos 3: “Meski ovarium sudah diangkat, masih mungkin terkena kanker ovarium.[11]
Fakta: Setelah ovarium diangkat, risiko terkena kanker ovarium hilang. Namun, pada sebagian kecil kasus, bisa muncul kanker peritoneum primer — jenis kanker langka yang menyerang lapisan dalam rongga perut. Kondisi ini kadang terjadi pada wanita yang menjalani pengangkatan ovarium karena riwayat kanker ovarium dalam keluarga.[11]

Mitos 4: “Histerektomi total berarti saya sudah bebas risiko kanker ovarium karena ovarium juga ikut diangkat.[11]
Fakta: Tidak selalu. Histerektomi total biasanya hanya mengangkat rahim dan leher rahim (serviks), tanpa menyertakan pengangkatan ovarium. Risiko kanker ovarium tetap ada jika ovarium belum diangkat. Pengangkatan ovarium baru dilakukan pada prosedur salpingo-ooforektomi bilateral.[11]

Mitos 5: “Kanker ovarium bisa menyebar lebih cepat jika sel kankernya terkena udara.[11]
Fakta: Penyebaran kanker tidak dipicu oleh paparan udara. Faktor yang lebih berpengaruh adalah bagaimana tubuh merespons pengobatan. Kanker cenderung berkembang lebih cepat jika terapi tidak dijalankan secara optimal.[11]

 

Strategi Pemerintah Dalam Upaya Pengendalian Kanker Ovarium di Indonesia

Strategi pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker

Strategi pemerintah dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker. Sumber: Kemenkes RI.

Sebagai wujud keseriusan dalam menanggulangi penyakit kanker, termasuk kanker ovarium, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merancang Rencana Kanker Nasional 2024–2034, atau secara internasional dikenal dengan National Cancer Control Plan (NCCP). Dokumen ini menjadi panduan utama dalam merancang strategi nasional dan langkah konkret untuk menghadapi beban kanker di Indonesia.[7]

Rencana ini bertujuan menyatukan langkah seluruh pemangku kepentingan—baik pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat—dalam upaya menekan angka kejadian kanker, memperpanjang angka harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker di Tanah Air.[7]

Penyusunan rencana ini diawali dengan analisis menyeluruh terhadap kondisi kanker saat ini, berdasarkan enam pilar transformasi kesehatan nasional. Pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasi tantangan, kesenjangan layanan, serta potensi yang dapat dikembangkan dalam sistem penanganan kanker di Indonesia.[7]

Untuk itu, ditetapkan enam strategi utama dalam pengendalian kanker nasional, yaitu:[7]

    • Strategi promotif dan preventif.
    • Strategi skrining dan deteksi dini.
    • Strategi peningkatan akses diagnostik, tata laksana kanker dan pelayanan paliatif.
    • Strategi penguatan registry dan penelitian kanker.
    • Strategi kemitraan dengan pemangku kepentingan.
    • Strategi tatakelola dan akuntabilitas pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian kanker.

Dengan pendekatan menyeluruh ini, diharapkan Indonesia mampu mengurangi beban kanker secara signifikan dan menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh dan responsif terhadap penyakit tidak menular seperti kanker ovarium.[7]

 

PT Medquest Jaya Global

Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program kesehatan nasional di Indonesia. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Alat Kesehatan inovatif dan berkualitas terbaik yang kami hadirkan:

Pelajari Selengkapnya

 

 

Referensi artikel:

1. World Ovarian Cancer Coalition. (2025). What is World Ovarian Cancer Day?. Retrieved from https://worldovariancancercoalition.org/world-ovarian-cancer-day/what-is-wocd/
2. World Ovarian Cancer Coalition. (2024). Impact. Retrieved from https://worldovariancancercoalition.org/world-ovarian-cancer-day/impact/
3. CDC. (2024). Ovarian Cancer Basics. Retrieved from https://www.cdc.gov/ovarian-cancer/about/index.html
4. Mayo Clinic. (2025). Symptoms & causes. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cancer/symptoms-causes/syc-20375941
5. Cancer Council. (2024). Ovarian Cancer. Retrieved from https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/ovarian-cancer
6. World Ovarian Cancer Coalition. (2024). Ovarian Cancer Data Briefing. Retrieved from https://worldovariancancercoalition.org/wp-content/uploads/2024/04/2024-Global-Priority.pdf
7. Kemenkes RI. (2024). RENCANA KANKER NASIONAL 2024-2034. Retrieved from https://www.iccp-portal.org/system/files/plans/Rencana_Kanker_Nasional_2024-2034.pdf
8. World Cancer Research Fund. (n.a.) Ovarian Cancer Statistics. Retrieved from https://www.wcrf.org/preventing-cancer/cancer-statistics/ovarian-cancer-statistics/
9. CDC. (2024). Reducing Risk for Ovarian Cancer. Retrieved from https://www.cdc.gov/ovarian-cancer/prevention/index.html
10. Mayo Clinic. (2025). Diagnosis & treatment. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cancer/diagnosis-treatment/drc-20375946
11. Indonesia Cancer Care Community. (n.a.). Jangan Kejeblos Karena Mitos! Retrieved from https://iccc.id/jangan-kejeblos-karena-mitos?lang=en_

Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.