Home 9 Blog 9 Pentingnya Pemeriksaan Hepatitis B pada Pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML) dengan Mutasi BCR-ABL

Pentingnya Pemeriksaan Hepatitis B pada Pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML) dengan Mutasi BCR-ABL

Dec 16, 2025 • 6 minutes read

Pentingnya Pemeriksaan Hepatitis B pada Pasien Chronic Myeloid Leukemia (CML) dengan Mutasi BCR-ABL

Pemeriksaan hepatitis B merupakan langkah penting sebelum memulai terapi Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) pada pasien leukemia mieloid kronis atau Chronic Myeloid Leukemia (CML) yang memiliki mutasi Breakpoint Cluster Region–Abelson (BCR-ABL). Skrining ini dibutuhkan karena obat golongan TKI dapat meningkatkan risiko aktivasi kembali virus hepatitis B (HBV), terutama pada individu dengan riwayat infeksi sebelumnya.[1]

Perbandingan kondisi normal dan leukemia

Perbandingan kondisi sumsum tulang belakang normal dan leukemia. Sumber: Cancer Council NSW.

 

 

Risiko Reaktivasi Hepatitis B pada Penggunaan TKI BCR-ABL

Reaktivasi HBV adalah kondisi ketika HBV yang sebelumnya berada dalam fase tidak aktif kembali bereplikasi. Aktivasi ulang ini dapat memicu kekambuhan hepatitis dan menimbulkan peradangan hati yang bermakna secara klinis. Kondisi tersebut berpotensi memperburuk fungsi hati, terutama pada pasien dengan faktor risiko tertentu.[1, 2]

Pada pasien CML yang disebabkan oleh kelainan BCR-ABL, terapi TKI merupakan pilar utama pengobatan untuk mengendalikan keganasan. Namun, penggunaan TKI BCR-ABL—seperti imatinib, dasatinib, nilotinib, bosutinib, dan ponatinib—berkaitan dengan risiko reaktivasi HBV pada tingkat sedang hingga tinggi.[1]

Data penelitian menunjukkan bahwa terapi TKI meningkatkan peluang terjadinya serangan hepatitis B hingga 56% dalam 90 hari pertama pengobatan, dan dapat mencapai 66% bila dihitung selama periode pemaparan satu tahun. Risiko tersebut tercatat lebih tinggi pada pasien perempuan, dengan angka reaktivasi yang dapat mencapai tiga kali lipat dibandingkan pasien laki-laki.[1]

Dari sisi waktu kejadian, reaktivasi HBV paling sering muncul pada fase awal terapi. Sebagian besar kasus teridentifikasi dalam rentang dua hingga enam bulan setelah pemberian TKI dimulai. Studi berbasis populasi melaporkan bahwa median waktu dari inisiasi TKI hingga terjadinya reaktivasi HBV berada di kisaran dua bulan, sehingga periode awal terapi menjadi fase krusial untuk pemantauan klinis dan laboratorik yang ketat.[2, 3, 4]

 

Pengobatan dengan inhibitor tirosin kinase pada pasien dengan reaktivasi hepatitis B

Pengobatan dengan inhibitor tirosin kinase pada pasien dengan reaktivasi hepatitis B.[3]

 

Bagaimana Reaktivasi HBV Terjadi?

Reaktivasi HBV pada pasien yang menerima TKI terjadi melalui mekanisme imunosupresi yang terutama berkaitan dengan penurunan fungsi sel T. Sejumlah studi in-vitro menunjukkan bahwa TKI yang menargetkan BCR-ABL memberikan efek inhibisi langsung terhadap sel T, terutama pada proses proliferasi dan aktivasi sel tersebut.[1, 5, 6]

Peran sel T sitotoksik sangat krusial dalam mempertahankan HBV tetap berada pada fase laten. Ketika fungsi sel T melemah akibat efek TKI, kemampuan sistem imun untuk mengontrol virus menurun, sehingga memungkinkan HBV bereplikasi kembali dan memicu munculnya gejala klinis hepatitis B.[1, 5, 6]

Pada tingkat molekuler, penghambatan BCR-ABL juga berdampak pada aktivitas kinase c-Abl. Dalam kondisi normal, c-Abl berperan menekan replikasi HBV dengan memicu degradasi polimerase virus melalui jalur ubiquitin. Ketika aktivitas c-Abl terhambat, mekanisme protektif ini ikut menurun, sehingga semakin mendukung terjadinya reaktivasi HBV.[1, 5, 6]

 

Baca Juga:

Leukemia – Semua Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Jenis Kanker Darah Ini

Hepatitis B: Kenali Penyakitnya & Cegah Penularannya

Xpert HBV VL: Inovasi Pemantauan DNA HBV yang Lebih Efektif

Hepatitis B: Pentingnya Pemantauan DNA HBV & Studi Kasusnya

 

Kelompok Pasien yang Memiliki Risiko Lebih Tinggi Reaktivasi

1. Pasien HBsAg-Positif

Pasien dengan infeksi HBV kronis—ditandai dengan hasil hepatitis B surface antigen (HBsAg) positif—memiliki risiko reaktivasi paling tinggi. Dalam berbagai studi, 15–24% pasien HBsAg-positif mengalami reaktivasi HBV yang memerlukan terapi antivirus. Angka ini dapat mencapai sekitar 18% pada beberapa kelompok populasi.[2, 3]

2. Pasien dengan Riwayat Infeksi HBV yang Sudah Pulih

Individu dengan hasil antibodi inti hepatitis B (anti-HBc) positif dan HBsAg negatif juga memiliki potensi mengalami reaktivasi, meskipun risikonya lebih rendah daripada pasien HBsAg-positif. Kelompok ini tetap membutuhkan pemantauan selama terapi TKI.[2]

 

Pemeriksaan Hepatitis B yang Direkomendasikan Sebelum Memulai TKI

1. Parameter Pemeriksaan Awal

American Society of Clinical Oncology (ASCO) bersama panduan utama di bidang hematologi menegaskan pentingnya skrining hepatitis B pada seluruh pasien CML yang akan atau sedang menjalani terapi TKI. Pemeriksaan ini bertujuan mengidentifikasi risiko reaktivasi virus sejak dini serta mendukung keputusan klinis yang aman dan berbasis bukti. Parameter yang direkomendasikan meliputi:[2, 7]

    • Antigen permukaan hepatitis B (Hepatitis B surface antigen/HBsAg)
    • Antibodi inti hepatitis B (Hepatitis B core antibody/anti-HBc), total imunoglobulin
    • Antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B (Hepatitis B surface antibody/anti-HBs)
    • Alanin aminotransferase (Alanine aminotransferase/ALT)
    • DNA virus hepatitis B (HBV DNA) apabila hasil serologi menunjukkan reaktivitas
Ringkasan Analisis Biaya-Manfaat Terkini (2015-2020) tentang Skrining Infeksi Virus Hepatitis B pada Pasien Kanker

Ringkasan Analisis Biaya-Manfaat Terkini (2015-2020) tentang Skrining Infeksi Virus Hepatitis B pada Pasien Kanker.[7]

2. Strategi Pemantauan Klinis

Pada pasien dengan hasil HBsAg positif, pemantauan klinis dan laboratorik disarankan dilakukan lebih ketat, terutama selama dua bulan pertama terapi TKI. Fase awal pengobatan ini dikenal sebagai periode dengan risiko reaktivasi virus hepatitis B yang paling tinggi, sehingga pengawasan berkelanjutan menjadi langkah krusial dalam pencegahan komplikasi hepatik.[3]

3. Pertimbangan Terapi Profilaksis

Pasien yang teridentifikasi HBsAg positif sejak awal evaluasi dianjurkan untuk mendapatkan terapi antivirus profilaksis secara bersamaan dengan inisiasi TKI. Entecavir atau tenofovir menjadi pilihan utama karena profil resistensinya yang rendah dan efektivitas jangka panjang yang baik. Sementara itu, pasien dengan riwayat infeksi hepatitis B sebelumnya, yang ditandai dengan anti-HBc positif, memerlukan pemantauan ketat dan berkesinambungan untuk mendeteksi tanda reaktivasi virus sepanjang masa pengobatan.[2]

Pendekatan terstruktur ini membantu memastikan terapi CML berjalan optimal sekaligus menjaga keamanan fungsi hati pasien secara menyeluruh.[2]

 

Pelajari Selengkapnya:

Alat Kesehatan Deteksi HBV – Xpert® HBV Viral Load

Alat Kesehatan Deteksi HBV & BCR-ABL – Cepheid GeneXpert® System

Alat Kesehatan Deteksi HBV – Xpert® BCR-ABL Ultra p190

Alat Kesehatan Deteksi HBV – Xpert® BCR-ABL Ultra

 

Kesimpulan

Pemeriksaan hepatitis B menjadi komponen penting dalam manajemen pasien CML dengan mutasi BCR-ABL. Deteksi awal, pemantauan teratur, dan pemberian terapi pencegahan terbukti membantu menurunkan risiko komplikasi serius akibat reaktivasi HBV selama penggunaan TKI.[1]

 

FAQ Seputar Pemeriksaan Hepatitis B pada Pasien CML BCR-ABL

1. Mengapa Pasien CML dengan Mutasi BCR-ABL Perlu Menjalani Pemeriksaan Hepatitis B sebelum Memulai Terapi TKI?

Karena terapi TKI dapat meningkatkan risiko aktivasi kembali HBV, sehingga pemeriksaan awal dibutuhkan untuk memastikan terapi berjalan aman.

2. Apa yang Dimaksud dengan Reaktivasi Hepatitis B?

Reaktivasi hepatitis B adalah kondisi ketika virus HBV yang sebelumnya tidak aktif kembali bereplikasi dan memicu peradangan hati.

3. Kapan Reaktivasi HBV Paling Sering Terjadi pada Pasien yang Menggunakan TKI?

Reaktivasi paling sering terjadi pada dua hingga enam bulan awal terapi TKI, dengan median waktu sekitar dua bulan setelah pengobatan dimulai.

4. Obat TKI Apa Saja yang Telah Dikaitkan dengan Peningkatan Risiko Reaktivasi HBV?

Imatinib, dasatinib, nilotinib, bosutinib, dan ponatinib disebut sebagai TKI yang berpotensi meningkatkan risiko reaktivasi HBV.

5. Mengapa Penggunaan TKI Dapat Memicu Reaktivasi HBV?

TKI dapat menekan fungsi sel T yang berperan dalam mengendalikan HBV laten. Selain itu, penghambatan c-Abl dapat mengurangi kemampuan tubuh menekan replikasi virus.

6. Siapa yang Memiliki Risiko Tertinggi Mengalami Reaktivasi HBV selama Terapi TKI?

Pasien dengan infeksi HBV kronis (HBsAg-positif) memiliki risiko tertinggi. Sebagian dari mereka dapat mengalami reaktivasi yang membutuhkan terapi antivirus.

7. Apakah Pasien yang Sudah Sembuh dari Infeksi Hepatitis B Juga Dapat Mengalami Reaktivasi?

Ya. Pasien dengan anti-HBc positif dan HBsAg negatif tetap berisiko mengalami reaktivasi, meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan pasien HBsAg-positif.

8. Pemeriksaan Apa Saja yang Direkomendasikan sebelum Terapi TKI Dimulai?

Pemeriksaan meliputi HBsAg, anti-HBc, anti-HBs, ALT, dan DNA HBV jika serologi menunjukkan infeksi.

9. Kapan Pemantauan Intensif Perlu Dilakukan?

Pemantauan lebih ketat diperlukan pada dua bulan pertama terapi TKI, terutama pada pasien HBsAg-positif karena masa ini memiliki risiko reaktivasi tertinggi.

10. Apakah Ada Terapi Pencegahan bagi Pasien yang Berisiko Tinggi?

Ya. Pasien HBsAg-positif disarankan menerima terapi antivirus profilaksis seperti entecavir atau tenofovir saat memulai TKI. Pasien anti-HBc positif memerlukan pemantauan berkala.

 

PT Medquest Jaya Global

Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program kesehatan nasional di Indonesia. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Alat Kesehatan inovatif dan berkualitas terbaik yang kami hadirkan:

Pelajari Selengkapnya

 

 

 

Referensi Artikel:

  1. Wang LY, Chu SC, Lo Y, Yang YY, Chan KA. Association of Bcr-Abl Tyrosine Kinase Inhibitors With Hepatitis B Virus Reactivation Requiring Antiviral Treatment in Taiwan. JAMA Netw Open. 2021 Apr 1;4(4):e214132. doi: 10.1001/jamanetworkopen.2021.4132. PMID: 33822067; PMCID: PMC8025118.
  2. Atteya A, Ahmad A, Daghstani D, Mushtaq K, Yassin MA. Evaluation of Hepatitis B Reactivation Among Patients With Chronic Myeloid Leukemia Treated With Tyrosine Kinase Inhibitors. Cancer Control. 2020 Jan-Dec;27(1):1073274820976594. doi: 10.1177/1073274820976594. PMID: 33297765; PMCID: PMC8480343.
  3. Kong JH, Jang JY, Ko TH, Kang SH, Kim Y. High rate of hepatitis B reactivation during tyrosine kinase inhibitor treatment among patients with chronic myeloid leukemia in Korea. Blood Res. 2022 Dec 31;57(4):290-293. doi: 10.5045/br.2022.2022099. Epub 2022 Nov 24. PMID: 36419239; PMCID: PMC9812728.
  4. Hochhaus A, Baccarani M, Silver RT, et al. European LeukemiaNet 2020 recommendations for treating chronic myeloid leukemia. Leukemia. 2020;34:966–84. doi: 10.1038/s41375-020-0776-2.
  5. Chang, Y., Jeong, S. W., & Jang, J. Y. (2022). Hepatitis B Virus Reactivation Associated With Therapeutic Interventions. Frontiers in Medicine, 8, 770124. https://doi.org/10.3389/fmed.2021.770124
  6. Hou, L., Zhao, J., Gao, S., Ji, T., Song, T., Li, Y., Wang, J., Geng, C., Long, M., Chen, J., Lin, H., Cai, X., & Cang, Y. (2019). Restriction of hepatitis B virus replication by c-Abl–induced proteasomal degradation of the viral polymerase. Science Advances. https://doi.org/aau7130
  7. Hwang JP, Feld JJ, Hammond SP, Wang SH, Alston-Johnson DE, Cryer DR, Hershman DL, Loehrer AP, Sabichi AL, Symington BE, Terrault N, Wong ML, Somerfield MR, Artz AS. Hepatitis B Virus Screening and Management for Patients With Cancer Prior to Therapy: ASCO Provisional Clinical Opinion Update. J Clin Oncol. 2020 Nov 1;38(31):3698-3715. doi: 10.1200/JCO.20.01757. Epub 2020 Jul 27. PMID: 32716741; PMCID: PMC11828660.
Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.