Home 9 Blog 9 Hari Kesadaran MRSA Sedunia: Prevalensi, Tantangan Resistensi & Langkah Pencegahan

Hari Kesadaran MRSA Sedunia: Prevalensi, Tantangan Resistensi & Langkah Pencegahan

Oct 28, 2024 • 5 minutes read

Tanggal 2 Oktober menandai peringatan tahunan Hari Kesadaran MRSA Sedunia, sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), sebuah infeksi bakteri Staphylococcus yang lebih serius dan kebal terhadap banyak antibiotik. Peringatan hari kesadaran ini adalah periode penting di mana berbagai organisasi berkumpul untuk mendidik masyarakat tentang MRSA, cara penularannya, pencegahan, dan pengobatan.[1]

 

 

Mengenal MRSA: Risiko Infeksi yang Perlu Diwaspadai

Gambar tampak MRSA. Sumber: ResearchGate.

Gambar tampak MRSA. Sumber: ResearchGate.

Sekitar satu dari tiga orang membawa bakteri Staphylococcus, dan sekitar dua dari 100 orang membawa MRSA. MRSA dapat menjadi sangat berbahaya bagi individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau yang memiliki luka terbuka. MRSA dapat menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi, peralatan medis, atau tangan petugas kesehatan.[1]

 

Prevalensi MRSA di Indonesia

MRSA adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, meskipun prevalensinya relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Berikut adalah gambaran lengkap tentang MRSA di Indonesia berdasarkan penelitian dan data terbaru:

1. Prevalensi Umum

Menurut berbagai studi, prevalensi MRSA di Indonesia bervariasi cukup luas, mulai dari 0,3% hingga 52%. Sebuah tinjauan sistematis mengungkap bahwa secara keseluruhan, kasus MRSA di rumah sakit Indonesia tergolong rendah. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang cukup mencolok berdasarkan lokasi, di mana Jakarta tercatat sebagai kota dengan angka prevalensi tertinggi.[2, 3, 4]

2. Variasi Regional

Di Surabaya, penelitian di RSUD Dr. Soetomo menunjukkan bahwa 8,1% pasien yang dirawat menjadi pembawa bakteri MRSA. Dari jumlah tersebut, 5,4% terdeteksi di tenggorokan, 3,9% di hidung, dan 1,2% terinfeksi di kedua area tersebut. Sementara itu, di Makassar, sebuah studi menemukan bahwa risiko terinfeksi MRSA meningkat pada pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 21 hari.[2, 4]

 

Baca juga: Antimicrobial Resistance: Ancam 24 Juta Orang Miskin Ekstrem!

 

Efektivitas Antibiotik dan Tantangan Resistensi MRSA di Indonesia

Di Indonesia, bakteri MRSA menunjukkan kerentanan terhadap antibiotik vancomycin dengan angka berkisar antara 87% hingga 100%. Selain itu, beberapa antibiotik lain seperti Linezolid, Tigecycline, Nitrofurantoin, serta quinupristin/dalfopristin terbukti memiliki efektivitas yang sangat tinggi, dengan tingkat kerentanan mencapai 100% terhadap isolat MRSA. Hal ini menandakan bahwa pengobatan MRSA masih dapat diandalkan dengan penggunaan antibiotik tersebut, meskipun perlu kewaspadaan dalam mengelola resistensi antibiotik di masa mendatang.[3]

Tabel data resistensi antibiotik dari isolat MRSA yang dipilih dari manusia dan hewan.

Tabel data resistensi antibiotik dari isolat MRSA yang dipilih dari manusia dan hewan.[5]

Sebuah penelitian di Yogyakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 77,20% strain MRSA tergolong bakteri yang resisten terhadap berbagai jenis obat, atau yang dikenal sebagai multidrug-resistant (MDR). Temuan ini menyoroti adanya masalah kesehatan masyarakat yang serius, terutama terkait potensi penyebaran penyakit zoonosis.[5]

 

Strategi Pencegahan Infeksi MRSA

MRSA, atau Methicillin-resistant Staphylococcus aureus, merupakan salah satu infeksi yang perlu diwaspadai. Untuk membantu masyarakat mencegah infeksi ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah menyusun panduan lengkap yang dapat diakses di situs resmi mereka. Berikut adalah ringkasan dari beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil:[6]

    • Kebersihan Tangan dan Tubuh: Mencuci tangan dan tubuh secara teratur, terutama setelah berolahraga, sangat dianjurkan.
    • Hindari Berbagi Barang Pribadi: Jangan berbagi barang pribadi seperti handuk, kain lap, dan alat cukur, karena dapat meningkatkan risiko penularan.
    • Perawatan Luka: Jaga agar luka dan goresan tetap bersih dan tertutup dengan perban hingga sembuh. Ikuti petunjuk perawatan dari tenaga kesehatan dan hindari memecahkan luka atau borok.
    • Pembersihan Permukaan: Bersihkan permukaan seperti keyboard komputer dan perangkat elektronik genggam secara teratur. Gunakan disinfektan yang efektif melawan MRSA, terutama pada permukaan yang sering bersentuhan dengan kulit, seperti meja, kursi, peralatan olahraga, dan remote control.
    • Pencucian Pakaian: Cuci pakaian sebelum dipakai oleh orang lain dan selalu bersihkan tangan setelah menyentuh pakaian kotor. Penggunaan pemutih opsional; deterjen biasa sudah cukup untuk membersihkan dan membuat pakaian aman dipakai kembali.

 

Strategi Pencegahan Infeksi MRSA di Fasilitas Kesehatan

Jika Anda adalah seorang pasien:[6, 7]

    • Menjaga kebersihan tangan adalah langkah penting yang perlu dilakukan secara rutin, terutama sebelum dan setelah mengganti perban atau pembalut pada luka.
    • Pastikan Anda memahami cara merawat luka, kateter, atau port dialisis yang mungkin Anda miliki untuk mengurangi risiko infeksi. Setiap hari, tanyakan kepada tim medis apakah Anda bisa melepas perangkat medis sementara yang Anda gunakan.
    • Jika Anda melihat tanda-tanda infeksi di area akses perangkat medis, seperti kemerahan, pembengkakan, kehangatan, atau keluarnya nanah, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda, terutama jika disertai demam.
    • Patuhi petunjuk penggunaan antibiotik yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan dengan tepat. Jangan ragu untuk berdiskusi jika ada pertanyaan, dan segera laporkan jika Anda mengalami efek samping, seperti diare.
    • Pastikan untuk mengikuti instruksi lainnya yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan.

Jika Anda adalah pengunjung:[6, 7]

    • Kemungkinan tertular MRSA saat mengunjungi pasien yang terinfeksi sangat rendah. Namun, untuk meminimalkan risiko, bersihkan tangan Anda sebelum memasuki ruangan pasien dan setelah meninggalkannya.
    • Tanyakan kepada petugas kesehatan apakah Anda perlu mengenakan gaun pelindung dan sarung tangan selama kunjungan Anda.
Ilustrasi infeksi MRSA

Ilustrasi infeksi MRSA.[8]

Ketahui juga: Tes Cepat Molekuler (TCM) Deteksi MRSA

 

Kesadaran Kolektif: Kunci Memerangi MRSA di Indonesia

Hari Kesadaran MRSA Sedunia adalah platform penting untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak MRSA terhadap kesehatan masyarakat. Melalui upaya edukasi dan keterlibatan masyarakat, para pemangku kepentingan bertujuan untuk mengurangi kejadian infeksi MRSA dan meningkatkan hasil bagi mereka yang terdampak oleh patogen yang menantang ini.

MRSA tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, meskipun prevalensinya relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Variasi tingkat prevalensi di berbagai wilayah menekankan perlunya strategi kesehatan masyarakat yang terarah, termasuk peningkatan kontrol infeksi dan pemantauan pola resistansi antibiotik. Pemantauan dan pengumpulan data yang berkesinambungan sangat penting untuk secara efektif memerangi penyebaran MRSA di Indonesia.

Bagi Anda penyedia fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit dan Klinik, yang sedang membutuhkan alat kesehatan pemeriksaan MRSA, silakan kunjungi halaman berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya:

Pelajari Selengkapnya

 

 

Referensi Artikel

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). MRSA. Retrieved from https://www.cdc.gov/mrsa/hcp/clinical-overview/index.html.
  2. Kuntaman, K., Hadi, U., Setiawan, F., Koendori, E. B., Rusli, M., Santosaningsih, D., Severin, J., & Verbrugh, H. A. (2016). PREVALENCE OF METHICILLIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS FROM NOSE AND THROAT OF PATIENTS ON ADMISSION TO MEDICAL WARDS OF DR SOETOMO HOSPITAL, SURABAYA, INDONESIA. The Southeast Asian journal of tropical medicine and public health, 47(1), 66–70.
  3. Syahniar, Rike & Rayhana, Rayhana & Kharisma, Dayu & Khatami, Muhammad & Duarsa, Dimas. (2020). Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus among Clinical Isolates in Indonesia: A Systematic Review. Biomedical and Pharmacology Journal. 13. 1871-1878. 10.13005/bpj/2062.
  4. Ahmad, F., Sennang, N., & Rusli, B. (2019). VANCOMYCIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS IN DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL MAKASSAR. INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY, 25(2), 194–198. https://doi.org/10.24293/ijcpml.v25i2.1385.
  5. Fitranda M, Salasia SIO, Sianipar O, Dewananda DA, Arjana AZ, Aziz F, Wasissa M, Lestari FB, Santosa CM. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus isolates derived from humans and animals in Yogyakarta, Indonesia. Vet World. 2023 Jan;16(1):239-245. doi: 10.14202/vetworld.2023.239-245. Epub 2023 Jan 31. PMID: 36855365; PMCID: PMC9967707.
  6. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). MRSA. Retrieved from https://www.cdc.gov/mrsa/prevention/index.html
  7. Popovich, K. J., Aureden, K., Ham, D. C., Harris, A. D., Hessels, A. J., Huang, S. S., Maragakis, L. L., Milstone, A. M., Moody, J., Yokoe, D., & Calfee, D. P. (2023). SHEA/IDSA/APIC Practice Recommendation: Strategies to prevent methicillin-resistant Staphylococcus aureus transmission and infection in acute-care hospitals: 2022 Update. Infection control and hospital epidemiology, 44(7), 1039–1067. https://doi.org/10.1017/ice.2023.102.
  8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2023. MRSA, penyebab infeksi pada luka pasca operasi, bagaimana cara pencegahannya? https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2453/mrsa-penyebab-infeksi-pada-luka-pasca-operasi-bagaimana-cara-pencegahannya.

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.