Home 9 Blog 9 Hari Asma Sedunia 2025: Akses Pengobatan Inhalasi untuk Semua

Hari Asma Sedunia 2025: Akses Pengobatan Inhalasi untuk Semua

May 5, 2025 • 8 minutes read

Hari Asma Sedunia 2025: Akses Pengobatan Inhalasi untuk Semua

 

 

Hari Asma Sedunia 2025: Sejarah, Tema dan Makna Peringatan

World Asthma Day 2025 (Hari Asma Sedunia 2025)

Hari Asma Sedunia diperingati setiap hari Selasa pertama di bulan Mei. Acara ini diinisiasi oleh Global Initiative for Asthma (GINA) — sebuah organisasi kolaboratif di bawah naungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang didirikan pada tahun 1993. Setiap tahunnya, GINA menetapkan tema khusus dan mengoordinasikan berbagai materi serta sumber daya untuk mendukung kampanye Hari Asma Sedunia.[1]

Peringatan Hari Asma Sedunia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1998, bersamaan dengan World Asthma Meeting di Barcelona, Spanyol. Saat itu, lebih dari 35 negara turut berpartisipasi. Sejak saat itu, partisipasi global terus meningkat, menjadikan Hari Asma Sedunia sebagai salah satu momen penting untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai asma di seluruh dunia.[2]

Pada perayaan Hari Asma Sedunia 2025, GINA mengangkat tema Make Inhaled Treatments Accessible for ALL. Tema ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa semua penyandang asma dapat mengakses obat inhalasi, yang berperan vital dalam mengontrol penyakit asma sekaligus menangani serangan yang terjadi.[2]

 

Memahami Penyakit Asma

1. Apa itu Penyakit Asma?

Ilustrasi perbedaan bagian paru orang normal vs penderita asma

Ilustrasi perbedaan bagian paru orang normal vs penderita asma. Sumber: Asthma Foundation.

Asma adalah penyakit kronis pada paru-paru yang bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia. Kondisi ini terjadi akibat peradangan dan penyempitan otot di sekitar saluran napas, sehingga membuat proses bernapas menjadi lebih sulit.[3]

Meskipun asma termasuk penyakit yang perlu mendapat perhatian serius, gejalanya dapat dikendalikan dengan penanganan yang tepat. Jika Anda mengalami tanda-tanda asma, sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang sesuai.[3]

 

2. Penyebab Terjadinya Penyakit Asma?

Asma merupakan kondisi yang dapat dipicu oleh berbagai faktor, meskipun sering kali sulit untuk menentukan satu penyebab pasti. Sejumlah faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan asma antara lain:[3]

    • Riwayat Keluarga: Risiko asma lebih tinggi apabila ada anggota keluarga dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang juga mengidap asma.
    • Riwayat Alergi: Individu dengan kondisi alergi lain, seperti eksim atau rinitis alergi (hay fever), cenderung memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami asma.
    • Urbanisasi: Tinggal di lingkungan perkotaan berkaitan dengan angka kejadian asma yang lebih tinggi, diduga akibat berbagai faktor gaya hidup yang kompleks.
    • Faktor Awal Kehidupan: Kondisi di masa awal kehidupan, seperti berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, paparan asap rokok, polusi udara, serta infeksi virus saluran pernapasan, dapat memengaruhi perkembangan paru-paru dan meningkatkan risiko asma.
    • Paparan Lingkungan: Terpapar alergen dan iritan lingkungan, baik di dalam maupun luar ruangan — seperti debu rumah, jamur, polusi udara, serta paparan bahan kimia, asap, atau debu di tempat kerja — juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko asma.
    • Berat Badan Berlebih: Anak-anak dan orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menderita asma.

Memahami faktor-faktor ini dapat membantu Anda mengenali potensi risiko lebih awal dan mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk menjaga kesehatan pernapasan.[3]

 

3. Gejala Penyakit Asma

Gejala asma dapat berbeda-beda pada setiap orang. Dalam beberapa kasus, gejala bisa memburuk secara tiba-tiba, yang dikenal sebagai serangan asma. Kondisi ini umumnya semakin berat pada malam hari atau saat berolahraga.[3]

Beberapa gejala asma yang sering terjadi antara lain:[3]

    • Batuk terus-menerus, terutama pada malam hari.
    • Bunyi mengi saat menghembuskan napas, bahkan terkadang saat menarik napas.
    • Sesak napas atau merasa sulit bernapas, yang bisa muncul bahkan saat sedang istirahat.
    • Dada terasa sesak, sehingga sulit bernapas dalam.

Pada sebagian orang, gejala asma bisa memburuk ketika sedang pilek atau saat terjadi perubahan cuaca. Pemicu lain yang sering memperparah gejala meliputi paparan debu, asap, uap kimia, serbuk sari tanaman, bulu hewan, sabun yang kuat, dan parfum dengan aroma menyengat.[3]

Penting untuk diingat bahwa gejala seperti ini juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain. Oleh karena itu, bila Anda mengalami keluhan tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.[3]

 

4. Kasus Penyakit Asma Global dan di Indonesia

Menurut laporan WHO tahun 2019, terdapat sekitar 262 juta kasus asma di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 455.000 jiwa, sebagian besar terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.[3]  Data dari Global Asthma Network menunjukkan bahwa gejala asma ditemukan pada 9,1% anak-anak, 11,0% remaja, dan 6,6% orang dewasa.[4]

Di Indonesia, Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat prevalensi asma yang telah terdiagnosis oleh dokter sebesar 1,6% (total penderita 877.531 orang).[5]

 

5. Pencegahan Penyakit Asma

Meskipun asma tidak bisa dicegah sepenuhnya, Anda dapat mengurangi risiko serangan dengan mengenali dan menghindari pemicunya. Jika dokter telah mendiagnosis Anda menderita asma, penting untuk mengetahui apa saja yang bisa memicu gejala Anda.[6]

Pemicunya bisa bervariasi pada setiap orang, tetapi beberapa yang umum meliputi:[7]

    • Alergen dalam ruangan seperti debu, jamur, serta serpihan kulit atau bulu hewan peliharaan
    • Alergen luar ruangan seperti serbuk sari tumbuhan dan jamur
    • Stres emosional, yang dapat memperburuk gejala
    • Aktivitas fisik; namun, dengan pengelolaan yang tepat, Anda tetap dapat berolahraga secara aman
    • Infeksi saluran pernapasan seperti flu, pilek, atau COVID-19
    • Obat-obatan tertentu, seperti aspirin, yang bisa menyebabkan gangguan pernapasan serius pada penderita asma tertentu
    • Kualitas udara buruk atau paparan udara yang sangat dingin

Dengan memahami dan menghindari faktor-faktor pemicu ini, Anda bisa lebih mengendalikan kondisi asma dan menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman.[7]

 

6. Diagnosis Penyakit Asma

Agar diagnosis asma dapat ditegakkan dengan tepat, tenaga medis mungkin akan menyarankan sejumlah tes khusus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai fungsi paru-paru serta mencari tahu seberapa sensitif saluran napas Anda terhadap berbagai pemicu.[8]

6.1. Tes Fungsi Paru-Paru

Tes spirometri, salah satu tes untuk deteksi penyakit asma

Tes spirometri, salah satu tes untuk deteksi penyakit asma.

Tes fungsi paru dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik Anda dapat menghirup dan menghembuskan udara. Jenis tes ini mencakup:[8]

    • Spirometri: Mengukur jumlah udara yang dapat Anda hembuskan dan seberapa cepat proses tersebut berlangsung. Beberapa orang mungkin merasa sedikit pusing atau lelah setelah tes ini karena perlu usaha napas yang kuat.
    • Peak Expiratory Flow (PEF): Tes ini melihat seberapa cepat Anda bisa menghembuskan udara semaksimal mungkin. Bisa dilakukan dengan alat genggam sederhana atau bersamaan dengan spirometri.
    • Tes Respons Terhadap Bronkodilator: Tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil spirometri atau PEF sebelum dan sesudah Anda menghirup obat bronkodilator—obat yang bekerja dengan merelaksasi otot saluran napas agar lebih terbuka.

6.2. Tes Tantangan (Challenge Test)

Tes ini juga dikenal sebagai tes provokasi bronkus dan digunakan untuk mengukur kepekaan saluran napas. Prosedur ini melibatkan paparan terhadap agen tertentu untuk melihat apakah saluran napas akan menyempit akibat iritasi. Agen yang digunakan bisa berupa:[8]

    • Obat hirup seperti metakolin, mannitol, atau histamin
    • Paparan alergen atau zat iritan yang biasanya tidak memicu reaksi pada orang tanpa asma
    • Aktivitas fisik (olahraga) yang dapat menyebabkan saluran napas mendingin dan mengering
    • Hiperventilasi, yaitu bernapas cepat dan pendek dalam waktu singkat

6.3. Tes Lain yang Mendukung Diagnosis Asma

Tes FeNO, salah satu jenis tes untuk deteksi penyakit asma

Tes FeNO, salah satu jenis tes untuk deteksi penyakit asma. Sumber: ResearchGate.

Selain tes utama, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis serta mengevaluasi risiko serangan asma dan efektivitas pengobatan:[8]

    • Tes Alergi: Digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat seperti bulu hewan atau serbuk sari yang dapat memicu reaksi alergi jika Anda memiliki riwayat alergi.
    • FeNO (Fractional Exhaled Nitric Oxide): Mengukur kadar nitrogen monoksida dalam napas. Nilai yang tinggi dapat menunjukkan adanya peradangan di saluran napas. Tes ini tidak memerlukan napas kuat dan risiko efek sampingnya sangat minimal.
    • Tes Darah: Dapat mendeteksi jumlah sel darah putih tertentu sebagai penanda peradangan, serta membantu menemukan potensi alergi.
    • CT Scan Dada: Pemeriksaan ini bisa menunjukkan jika terdapat penebalan pada dinding saluran napas, yang menjadi salah satu ciri asma.

Catatan untuk Anak-Anak: Sebagian besar pemeriksaan ini sulit dilakukan pada anak usia dini, sehingga diagnosis asma pada anak bisa menjadi lebih menantang dibandingkan pada orang dewasa.[8]

 

7. Pengobatan Penyakit Asma

Asma merupakan kondisi kronis yang belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, pengelolaan asma dapat dilakukan secara efektif melalui berbagai pilihan terapi, salah satunya dengan menggunakan inhaler. Alat ini berfungsi mengantarkan obat langsung ke saluran pernapasan sehingga bekerja lebih cepat dan efisien.[3]

Dengan penggunaan inhaler secara rutin dan sesuai anjuran, penderita asma tetap bisa menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.[3]

Terdapat dua jenis inhaler utama yang umum digunakan:[3]

    • Bronkodilator (seperti salbutamol), yang bekerja membuka saluran napas untuk meredakan gejala sesak;
    • Steroid (seperti beklometason), yang membantu mengurangi peradangan pada saluran pernapasan, sehingga menurunkan risiko serangan asma berat bahkan kematian.

Penggunaan inhaler bisa menjadi bagian dari pengobatan harian, tergantung pada seberapa sering gejala muncul dan jenis inhaler yang tersedia. Namun, penggunaan inhaler kadang memerlukan teknik khusus, terutama bagi anak-anak atau dalam situasi darurat. Oleh karena itu, alat bantu bernama spacer dapat mempermudah penggunaan inhaler jenis aerosol, sekaligus membantu obat mencapai paru-paru secara optimal.[3]

Spacer biasanya berupa wadah plastik dengan corong atau masker di satu ujung, dan lubang untuk inhaler di ujung lainnya. Bahkan, spacer sederhana buatan sendiri dari botol plastik 500 ml dapat bekerja seefektif produk komersial.[3]

Sayangnya, tidak semua orang memiliki akses yang mudah terhadap inhaler. Pada tahun 2021, bronkodilator hanya tersedia di sekitar 50% fasilitas layanan kesehatan primer di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, sementara inhaler steroid hanya tersedia di sekitar sepertiga dari fasilitas tersebut.[3]

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai asma juga penting, guna mengurangi stigma dan kesalahpahaman yang masih sering ditemui di berbagai komunitas.[3]

 

Fakta vs Mitos Seputar Penyakit Asma

Mitos 1: “Asma hanyalah gangguan kecemasan dan semua hanya ada di pikiran.”[9]
Fakta: Asma adalah penyakit kronis yang menyerang paru-paru, bukan gangguan mental. Kondisi ini nyata dan membutuhkan penanganan medis yang tepat.[9]

Mitos 2: “Obat semprot asma bisa menyembuhkan penyakitnya.”[9]
Fakta: Inhaler pereda hanya membantu meredakan gejala sesaat agar pernapasan menjadi lebih lega. Namun, inhaler ini tidak menyembuhkan asma secara menyeluruh.[9]

Mitos 3: “Asma bisa diobati dengan suplemen makanan.”[9]
Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa suplemen makanan efektif untuk mengatasi asma.[9]

Mitos 4: “Semua anak pasti akan sembuh dari asma seiring bertambahnya usia.”[9]
Fakta: Beberapa anak mungkin mengalami perbaikan, namun tidak sedikit yang gejalanya muncul kembali di kemudian hari atau tidak pernah benar-benar hilang.[9]

Mitos 5: “Penderita asma sebaiknya menghindari aktivitas fisik.”[9]
Fakta: Dengan pengelolaan yang tepat, olahraga justru dapat memberikan manfaat bagi penderita asma. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk panduan yang sesuai.[9]

 

Baca juga:

Tuberkulosis Subklinis atau Asimtomatik: Fase Tersembunyi Tuberkulosis – Cek Artikelnya Di Sini!

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Peran WHO Prequalification dalam Percepatan Eliminasi TB – Cek Artikelnya Di Sini!

Mengenal Tes Cepat Molekuler (TCM) Pada Pemeriksaan TBC – Cek Artikelnya Di Sini!

 

Strategi Pemerintah Mengenai Pengendalian Asma Di Indonesia

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), telah menetapkan langkah konkret dalam penanganan penyakit asma melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 1023 yang berisi Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Dokumen ini menjadi dasar kebijakan nasional dalam mengendalikan asma di Tanah Air, dengan mengusung tujuh strategi utama, yaitu:[10]

    • Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan asma.
    • Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam pencegahan asma di masyarakat.
    • Memfasilitasi kebijakan public dalam pengendalian asma.
    • Meningkatkan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam pengendalian asma.
    • Meningkatkan sistem surveilans epidemiologi (kasus termasuk kematian dan faktor risiko) asma.
    • Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan (penemuan/deteksi dini dan tatalaksana) asma yang berkualitas.
    • Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada Pemerintah Daerah, legislatif, dan stakeholder dalam memberikan dukungan pendanaan dan operasional.

Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengurangi beban penyakit asma dan meningkatkan kualitas hidup penderita di Indonesia.

 

PT Medquest Jaya Global

Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program kesehatan nasional di Indonesia. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Alat Kesehatan inovatif dan berkualitas terbaik yang kami hadirkan:

Pelajari Selengkapnya

 

 

Referensi artikel:

  1. Global Initiative For Asthma. (2024). World Asthma Day 2024. Retrieved from https://ginasthma.org/world-asthma-day-2024/
  2. Global Initiative For Asthma. (2025). World Asthma Day 2025. Retrieved from https://ginasthma.org/wad-2025/
  3. World Health Organization. (2023). Asthma [Fact sheet No. 307]. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/asthma
  4. Yuan, L., Tao, J., Wang, J., She, W., Zou, Y., Li, R., Ma, Y., Sun, C., Bi, S., Wei, S., Chen, H., Guo, X., Tian, H., Xu, J., Dong, Y., Ma, Y., Sun, H., Lv, W., Shang, Z., Jiang, Y., … Zhang, M. (2025). Global, regional, national burden of asthma from 1990 to 2021, with projections of incidence to 2050: a systematic analysis of the global burden of disease study 2021. EClinicalMedicine, 80, 103051. https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2024.103051
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Survei Kesehatan Indonesia 2023: Dalam Angka. Retrieved from https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/ski-2023-dalam-angka/
  6. Cleveland Clinic. (2022). Asthma. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6424-asthma#prevention
  7. NHLBI. (2024). Asthma Causes and Triggers. Retrieved from https://www.nhlbi.nih.gov/health/asthma/causes
  8. NHLBI. (2024). Asthma Causes and Triggers. Retrieved from https://www.nhlbi.nih.gov/health/asthma/diagnosis
  9. Asthma.com. (2025). Myth or Fact?. Retrieved from https://www.asthma.com/understanding-asthma/what-is-asthma/myth-or-fact/
  10. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian penyakit asma. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.