Hemostasis adalah mekanisme penting yang melindungi tubuh dari perdarahan fatal. Proses ini melibatkan serangkaian langkah kompleks, mulai dari vasokonstriksi hingga pembentukan benang fibrin. Gangguan pada sistem hemostasis dapat menyebabkan masalah serius, seperti hemofilia dan hiperkoagulabilitas. Untuk mendiagnosis gangguan ini, tromboelastografi (TEG) menjadi solusi efektif dengan memberikan gambaran menyeluruh tentang fungsi hemostasis.
Hemostasis: Mekanisme Penjaga Kehidupan dari Risiko Perdarahan Fatal
Hemostasis berasal dari bahasa Yunani haeme yang berarti ‘darah’ dan stasis yang berarti ‘berhenti’. Hemostasis merupakan elemen yang sangat penting dalam proses kehidupan manusia, tanpa adanya proses hemostasis maka dapat muncul berbagai penyakit yang berkaitan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan pada saat terjadi cedera yang ujungnya akan menyebabkan komplikasi yang berat bahkan kematian.[1]
Hemostasis merupakan mekanisme kompleks di dalam tubuh makhluk hidup yang dapat melindungi tubuh dari perdarahan atau kehilangan darah berlebihan. Sistem hemostasis melingkupi banyak komponen di dalam tubuh, antara lain plasma, trombosit, dan dinding pembuluh darah. Hemostasis harus bersifat seimbang antara mekanisme procoagulant dan anticoagulant yang berkaitan dengan fibrinolysis.[2]
Tahapan Hemostasis
Tahapan atau proses hemostasis dibagi menjadi tiga langkah utama, yaitu:[2]
1. Hemostasis Primer
- Vasokonstriksi pembuluh darah (ukuran pembuluh darah mengecil),
- Pembentukan sumbat trombosit.
2. Hemostasis Sekunder
- Aktivasi faktor-faktor koagulasi yang akan membentuk benang fibrin yang akan mengamankan sumbatan yang sudah terbentuk pada saat proses hemostasis primer,
- Sedangkan proses hemostasis akan dipertahankan.
3. Hemostasis Tersier
Mempertahankan keseimbangan hemostasis melalui:
- Mekanisme control pembekuan darah,
- Proses fibrinolysis.
Penyakit yang Terkait Dengan Gangguan Hemostasis
Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang berkaitan dengan gangguan hemostasis:[3]
1. Hemofilia
Hemofilia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu hemofilia A, yang tidak memiliki faktor VIII dan merupakan jenis hemofilia yang paling sering ditemui. Jenis hemofilia yang kedua adalah hemofilia B, yang tidak memiliki faktor IX dan jumlahnya lebih jarang ditemui dibandingkan dengan hemofilia A.
2. Penyakit Von Willebrand
Disebut juga dengan nama Angiohemofilia dan disebabkan oleh defisiensi kongenital VWF yang dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Ini adalah jenis koagulopati bawaan yang paling umum yang mempengaruhi antara 1-4% dari populasi dunia.
3. Gangguan Faktor Pembekuan Darah Lainnya
Frekuensinya rendah, kecuali untuk gangguan faktor XI, sedangkan untuk faktor pembekuan yang lain jumlahnya berkisar antara 1:500.000 untuk faktor VII dan 1:2.000.000 untuk protrombin (faktor II).
4. Hiperkoagulabilitas
Hiperkoagulabilitas adalah keadaan di mana terjadi pembekuan darah yang berlebihan di dalam pembuluh darah, dikenal juga sebagai trombofilia (darah mudah menggumpal) dan dapat didefinisikan sebagai entitas klinis dengan kecenderungan hiperkoagulabilitas dan trombosis. Keadaan ini dapat diwariskan atau didapat.
Untuk dapat mengetahui situasi atau status hemostasis seseorang, terutama pada kelompok yang memiliki kecenderungan gangguan pada proses hemostasis di dalam tubuhnya, maka diperlukan adanya pemeriksaan yang komprehensif dan menyeluruh, terutama pada parameter koagulasi yang berkaitan.
Pemeriksaan Fungsi Hemostasis
Hemostasis adalah proses kompleks yang melibatkan aktivasi trombosit dan kaskade koagulasi untuk membentuk bekuan darah. Kaskade koagulasi ini berlangsung melalui dua jalur utama, yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik. Untuk mengevaluasi proses ini, sejumlah uji laboratorium konvensional sering digunakan, seperti penghitungan jumlah trombosit, activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) untuk jalur intrinsik, serta International Normalized Ratio (INR) dan prothrombin time (PT) untuk jalur ekstrinsik. Selain itu, pemeriksaan Thrombin Time (TT), kadar fibrinogen, dan produk degradasi fibrin (FDPs) juga umum dilakukan.[4]
Meskipun bermanfaat, uji-uji ini memiliki keterbatasan signifikan. Sebagian besar hanya menganalisis aspek tertentu dari kaskade koagulasi secara terpisah, sehingga membutuhkan waktu cukup lama dan tidak dapat memberikan gambaran menyeluruh. Selain itu, pengujian ini biasanya menggunakan plasma sebagai sampel, yang tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi fisiologis pasien, terutama karena dilakukan pada suhu standar 37°C, bukan suhu tubuh aktual pasien. Metode konvensional juga tidak dapat mengevaluasi fungsi trombosit secara langsung.[4]
Untuk mengatasi kendala tersebut, tromboelastografi (TEG) kini hadir sebagai solusi. Metode ini memungkinkan analisis fungsi hemostasis secara global dengan menggunakan whole blood, sehingga lebih mendekati kondisi sebenarnya. Selain itu, TEG mampu memberikan hasil dengan cepat, menjadikannya alat yang lebih efisien dan praktis dibandingkan uji konvensional. Dengan keunggulannya, TEG menawarkan pendekatan yang lebih akurat dan menyeluruh dalam mengidentifikasi gangguan koagulasi.[4]
Tromboelastografi: Solusi Praktis dan Efektif Pemeriksaan Fungsi Hemostasis
Tromboelastografi (TEG) merupakan teknik medis yang digunakan untuk menilai sifat viskoelastis darah selama proses pembekuan. Prosedur ini dimulai dengan memasukkan darah utuh ke dalam cangkir khusus yang dilengkapi dengan peniti kecil di tengahnya. Cangkir tersebut diputar bolak-balik, sementara proses pembekuan diaktifkan menggunakan reagen kalsium. Saat darah mulai membeku dan membentuk bekuan yang semakin elastis, tegangan ditransmisikan ke peniti yang tergantung di tengah cangkir. Informasi ini kemudian diteruskan melalui sistem mekanis hingga akhirnya diproses oleh komputer untuk menghasilkan grafik. Grafik tersebut menampilkan waktu pada sumbu horizontal (x) dan kekuatan bekuan pada sumbu vertikal (y).[5]
Beberapa parameter yang diukur dalam Tromboelastografi (TEG) memiliki nilai klinis penting, seperti waktu reaksi (R), sudut α, kinetika (K), amplitudo maksimum (MA), dan lisis setelah 30 menit (Ly30). Waktu R mencerminkan durasi dari awal tes hingga kekuatan bekuan mencapai amplitudo 2 mm, sedangkan K adalah waktu yang diperlukan untuk amplitudo mencapai 20 mm setelah R. Sudut α dihitung dari kemiringan kurva antara R dan K, yang mencerminkan kecepatan pembentukan bekuan. MA menunjukkan kekuatan bekuan maksimum, sementara Ly30 menunjukkan persentase penurunan kekuatan bekuan 30 menit setelah MA tercapai.[5]
Penggunaan Tromboelastografi (TEG) sangat membantu dalam mendiagnosis gangguan pembekuan darah atau koagulopati. Sebagai contoh, perpanjangan waktu R sering dikaitkan dengan defisiensi faktor pembekuan atau penggunaan antikoagulan. Penurunan sudut α dapat mengindikasikan hipofibrinogenemia, terutama jika diikuti oleh nilai MA yang rendah, yang umumnya terjadi pada trombositopenia atau disfungsi trombosit akibat penyakit atau terapi antiplatelet. Untuk kondisi hiperfibrinolisis, seperti trauma berat atau terapi trombolitik, nilai Ly30 biasanya lebih tinggi. Saat ini, TEG juga dilengkapi fitur tambahan untuk mengevaluasi fungsi trombosit secara lebih mendalam, memperluas manfaatnya dalam manajemen klinis.[5]
Bagi Anda penyedia fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit, klinik dan laboratorium, yang sedang membutuhkan alat kesehatan pemeriksaan hemostasis metode Tromboelastografi, silakan dapat menghubungi kami melalui halaman berikut ini:
Referensi Artikel
- Harlivasari, Annisa & Syahruddin, Elisna. (2019). Hypercoagulation in Lung Cancer. Jurnal Respirologi Indonesia. 39. 130-139. 10.36497/jri.v39i2.53.
- Umar, Ibnu & Sujud, Reza. (2020). Hemostasis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Journal of Anaesthesia and Pain. 1. 53-66. 10.21776/ub.jap.2020.001.02.04.
- Arrieta-Blanco, J. J., Oñate-Sánchez, R., Martínez-López, F., Oñate-Cabrerizo, D., & Cabrerizo-Merino, M. D. (2014). Inherited, congenital and acquired disorders by hemostasis (vascular, platelet & plasmatic phases) with repercussions in the therapeutic oral sphere. Medicina oral, patologia oral y cirugia bucal, 19(3), e280–e288. https://doi.org/10.4317/medoral.19560.
- Donaliazarti. (2018). PEMERIKSAAN HEMOSTASIS SECARA KOMPREHENSIF DENGAN TROMBOELASTOGRAFI. COLLABORATIVE MEDICAL JOURNAL, 1(1), 1-10.
- Whitton, T. P., & Healy, W. J. (2023). Clinical Use and Interpretation of Thromboelastography. ATS scholar, 4(1), 96–97. https://doi.org/10.34197/ats-scholar.2022-0074OT.