Zero Dengue Death by 2030: Bisakah Dicapai?
Kolaborasi Nasional Melawan Dengue
Kementerian Kesehatan bersama Kaukus Kesehatan DPR RI mendeklarasikan kerja sama strategis dalam menghadapi demam berdarah dengue (DBD). Menurut Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono, langkah ini mengintegrasikan peran pemerintah pusat, daerah, hingga pemangku kepentingan lainnya.[1]
Koalisi ini bertujuan mempercepat tercapainya target Zero Dengue Death by 2030, yakni menekan angka kematian akibat dengue hingga nol. Program ini semakin mendesak mengingat pola penularan nyamuk Aedes aegypti kini tidak lagi terbatas pada musim hujan, melainkan berlangsung sepanjang tahun.[1]
Tren Global Kasus Dengue

Perbedaan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Sumber: Media Indonesia.
1. Peningkatan Kasus Secara Signifikan
Dalam dua dekade terakhir, jumlah kasus dengue di dunia meningkat drastis. WHO mencatat lonjakan dari 505 ribu kasus pada tahun 2000 menjadi lebih dari 14,6 juta kasus pada 2024. Angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi karena sebagian besar kasus ringan tidak tercatat.[2]
Penyakit ini kini endemik di lebih dari 100 negara. Tahun 2024 menjadi periode dengan jumlah kasus tertinggi sepanjang sejarah, yakni lebih dari 14,6 juta kasus dan 12 ribu kematian. Kawasan Amerika menyumbang lebih dari 13 juta kasus, menjadikannya wilayah dengan beban dengue terbesar.[2]
2. Faktor yang Meningkatkan Risiko
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus dengue meliputi:[2]
- Penyebaran vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke wilayah baru.
- Perubahan iklim yang memengaruhi suhu, curah hujan, dan kelembapan.
- Lemahnya sistem kesehatan dan terbatasnya pengawasan epidemiologi.
- Tingginya mobilitas penduduk, termasuk di wilayah konflik dan krisis kemanusiaan.
Model epidemiologi memperkirakan terdapat 390 juta infeksi dengue setiap tahun, dengan 96 juta kasus bergejala. Hingga Juli 2025, WHO menerima laporan lebih dari 4 juta kasus dan 3 ribu kematian dari 97 negara. Bahkan, penyebaran dengue kini merambah Eropa, dengan laporan kasus di Prancis, Italia, dan Spanyol.[2]
Lonjakan Kasus DBD di Indonesia
Dengue adalah penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah dikenal juga sebagai breakbone fever karena gejalanya berupa demam tinggi, nyeri sendi, dan kram otot. Sebagian besar infeksi tanpa gejala, tetapi pada kasus berat dapat menimbulkan perdarahan serius hingga kematian, terutama di wilayah tropis dan subtropis.[3]
Kasus demam berdarah meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir dan kini endemik di lebih dari 100 negara. Setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari 100 juta kasus dengan 20–25 ribu kematian. Infeksi ulang dengan serotipe virus berbeda dapat memicu komplikasi berat seperti kebocoran plasma dan perdarahan.[3]
Di Indonesia, DBD masih menjadi masalah utama. Hingga Mei 2025 tercatat lebih dari 56 ribu kasus dengan 250 kematian, meningkat 40% dibanding tahun sebelumnya. Kasus tersebar di 456 kabupaten/kota dengan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan sebagai wilayah tertinggi. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan, menandakan pengendalian vektor belum berjalan konsisten.[4]
Perjalanan Virus Dengue

Siklus hidup virus dengue. Sumber: sciencedirect.com
1. Karakteristik Virus
Virus dengue termasuk dalam famili Flaviviridae dan membawa materi genetik RNA. Ukurannya sekitar 50 nanometer dengan tiga protein struktural dan tujuh protein nonstruktural. Hingga 75% infeksi berlangsung tanpa gejala.[3]
Namun, sebagian kecil dapat berkembang menjadi bentuk berat, ditandai dengan perdarahan hebat dan syok. Tanpa penanganan medis yang tepat, angka kematian bisa mencapai lebih dari 20%, terutama pada anak-anak.[3]
2. Mekanisme Infeksi
Virus masuk ke tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Sel imun kulit seperti makrofag dan sel dendritik menjadi target awal. Virus kemudian menyebar ke kelenjar getah bening dan aliran darah, menyebabkan viremia.[3]
Infeksi berat sering terjadi pada pasien yang sebelumnya pernah terinfeksi serotipe dengue lain, akibat reaksi imun berlebihan. Namun, infeksi serotipe tunggal juga dapat memicu komplikasi serius.[3]
Manifestasi Klinis
1. Fase Demam
Penyakit dengue dimulai dengan demam tinggi mendadak, biasanya 39–40°C. Gejala lain meliputi sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual, dan ruam kulit. Fase ini berlangsung 2–7 hari dan sering kali sulit dibedakan dengan infeksi virus lain.[5]
2. Fase Kritis
Pada fase ini, pasien berisiko mengalami kebocoran plasma, penurunan trombosit, dan syok. Manifestasi dapat berupa perdarahan pada kulit, gusi, hingga saluran pencernaan. Fase kritis biasanya muncul saat suhu tubuh mulai turun pada hari ke-3 hingga ke-7 sakit.[5]
3. Fase Pemulihan
Jika melewati fase kritis, pasien akan memasuki tahap pemulihan dalam 48–72 jam berikutnya. Nafsu makan kembali, kondisi tubuh membaik, dan parameter darah perlahan normal. Namun, terapi cairan harus diawasi ketat untuk mencegah komplikasi seperti edema paru atau gagal jantung.[5]
Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis DBD

Perbandingan tes diagnostik berdasarkan ketersediaan dan tingkat keandalan.[6]
1. Isolasi Virus
Sampel darah diambil pada fase awal infeksi untuk di kultur. Meski akurat, metode ini memerlukan waktu hingga 2 minggu.[6]
2. Deteksi Asam Nukleat
Metode RT-PCR menjadi standar untuk mengidentifikasi RNA virus dengue. Real-time PCR bahkan mampu mendeteksi serotipe sekaligus mengukur jumlah virus.[6]
3. Deteksi Antigen
Tes NS1 memungkinkan diagnosis dini dalam beberapa hari pertama penyakit. Meski tidak dapat membedakan serotipe, metode ini banyak digunakan di laboratorium klinik.[6]
4. Uji Serologi
ELISA IgM dan IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer atau sekunder. Rasio IgM/IgG menjadi indikator penting, sementara tes IgA, meski jarang, dapat membantu interpretasi hasil.[6]
5. Pemeriksaan Hematologi
Penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit menjadi tanda khas kebocoran plasma. Oleh karena itu, pemeriksaan darah rutin sangat penting dalam pemantauan pasien.[6]
Menatap Masa Depan Bebas Dengue
Demam berdarah dengue masih menjadi ancaman serius, baik di tingkat global maupun nasional. Lonjakan kasus setiap tahun menandakan perlunya strategi pencegahan yang lebih konsisten, termasuk pemberantasan sarang nyamuk, edukasi masyarakat, serta penguatan sistem kesehatan.
Upaya kolaboratif yang digagas Kementerian Kesehatan dengan target Zero Dengue Death 2030 merupakan langkah penting untuk menekan angka kematian akibat penyakit ini. Dengan deteksi dini, penanganan medis tepat, dan kesadaran masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengendalikan beban DBD di masa depan.
PT Medquest Jaya Global
Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program kesehatan nasional di Indonesia. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Alat Kesehatan inovatif dan berkualitas terbaik yang kami hadirkan:
Referensi Artikel:
- Kementerian Kesehatan RI. (2023). Kemenkes Kolaborasi Dengan Kaukus Kesehatan DPR RI, Luncurkan KOBAR Lawan Dengue. Kementerian Kesehatan RI. https://kemkes.go.id/id/%20kemenkes-kolaborasi-dengan-kaukus-dpr-ri-luncurkan-kobar-lawan-dengue [diakses pada 24 september 2025].
- World Health Organization. (2025). Dengue. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue [diakses pada 24 september 2025].
- Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. Demam Berdarah Dengue. [Diperbarui 6 Maret 2024]. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; Januari 2025. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430732/
- Lestari, T. R. P. (2025). Menjaga komitmen nasional pengendalian DBD menuju nol kematian tahun 2030 (Vol. XVII, No. 11/I/PUSAKA/Juni 2025). Pusat Analisis Keparlemenan DPR RI. Diakses 24 September 2025, dari https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/info_singkat/Info%20Singkat-XVII-11-I-P3DI-Juni-2025-196.pdf
- Melly , A. ., & Anggraini, D. (2022). Aspek Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium untuk Diagnosis Demam Berdarah Dengue. Scientific Journal, 1(1), 70–78. https://doi.org/10.56260/sciena.v1i1.13
- Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control: New Edition. Geneva: World Health Organization; 2009. 4, LABORATORY DIAGNOSIS AND DIAGNOSTIC TESTS. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK143156/