Home 9 Blog 9 Lonjakan Kasus Chikungunya di Indonesia Tahun 2025: Apa yang Terjadi?

Lonjakan Kasus Chikungunya di Indonesia Tahun 2025: Apa yang Terjadi?

Dec 1, 2025 • 4 minutes read

Lonjakan Kasus Chikungunya di Indonesia Tahun 2025: Apa yang Terjadi?

Grafik tren suspek Chikungunya di Indonesia tahun 2023-2025

Grafik tren suspek Chikungunya di Indonesia tahun 2023-2025.[1]

Kementerian Kesehatan mencatat adanya peningkatan signifikan kasus chikungunya di awal tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di 2023 dan 2024. Kenaikan ini berkaitan dengan musim hujan, saat populasi nyamuk meningkat.[1]

 

Kasus Suspek Chikungunya Berdasarkan Provinsi Tahun 2025.[1]

Kasus Suspek Chikungunya Berdasarkan Provinsi Tahun 2025.[1]

Lima provinsi dengan kasus suspek tertinggi tahun 2025:[1]

    • Jawa Barat: 8.459 kasus
    • Jawa Tengah: 4.242 kasus
    • Jawa Timur: 3.099 kasus
    • Sumatera Utara: 1.353 kasus
    • Banten: 1.222 kasus

Tren ini menunjukkan bahwa wilayah beriklim lembap dan padat penduduk tetap menjadi area berisiko tinggi.[1]

 

 

Sejarah Singkat Chikungunya

Berikut beberapa hal terkait sejarah singkat chikungunya:[2]

    • Pertama kali ditemukan di Afrika Timur tahun 1952.
    • Nama chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berarti “menekuk” atau “membungkuk,” menggambarkan posisi tubuh penderita akibat nyeri sendi hebat.
    • Di Indonesia, virus ini pertama kali terdeteksi pada 1970-an di Sumatera Selatan, Jawa, dan Kalimantan Barat, lalu menyebar ke wilayah lain seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua.
    • Kasus tercatat di: Samarinda (1973), Kuala Tungkal, Jambi (1980) dan Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983).

 

Cara Penularan Chikungunya

Perbedaan antara Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Perbedaan antara Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Sumber: Dinkes Kab Sukoharjo.

 

Virus chikungunya (CHIKV) ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang juga menularkan dengue dan Zika.[3]

Ciri penularan:[3]

    • Nyamuk aktif pada siang hari.
    • Berkembang biak di air tergenang di dalam dan luar rumah.

Siklus penularan:[3]

    • Nyamuk menggigit manusia yang sedang terinfeksi.
    • Virus bereplikasi di tubuh nyamuk selama beberapa hari.
    • Virus berpindah ke kelenjar ludah nyamuk.
    • Nyamuk kemudian menularkan ke manusia lain.

Faktor yang mempercepat penyebaran:[3]

    • Kepadatan populasi nyamuk.
    • Daya tahan hidup nyamuk.
    • Kondisi lingkungan yang lembap dan hangat.

 

Gejala Infeksi Chikungunya

Masa inkubasi: 2–12 hari (umumnya 4–8 hari setelah gigitan).[3]

Gejala utama:[3]

    • Demam tinggi mendadak.
    • Nyeri sendi berat (bisa berlangsung minggu hingga bulan).

Gejala tambahan:[3]

    • Pembengkakan sendi
    • Nyeri otot
    • Sakit kepala
    • Mual
    • Kelelahan
    • Ruam kulit

Catatan penting:[3]

    • Gejala sering mirip dengue dan Zika, sehingga perlu pemeriksaan laboratorium.
    • Sebagian besar pasien sembuh total, namun beberapa bisa mengalami komplikasi pada mata, jantung, atau saraf.
    • Risiko berat pada: Bayi baru lahir, lansia dan pasien dengan penyakit kronis.
    • Setelah sembuh, umumnya terbentuk kekebalan jangka panjang terhadap infeksi ulang.

 

Metode Pemeriksaan dan Diagnosis Chikungunya

Algoritma diagnosis infeksi virus chikungunya

Algoritma diagnosis infeksi virus chikungunya.[5]

Diagnosis laboratorium penting untuk memastikan infeksi CHIKV dan membedakannya dari penyakit tropis lain, seperti: malaria, tifus, dan demam berdarah.[5]

Metode pemeriksaan:[5]

    • RT-PCR dan amplifikasi isotermal → mendeteksi genom virus.
    • ELISA, IFA, dan Rapid Diagnostic Test (RDT) → mendeteksi antigen virus atau antibodi IgG/IgM.
    • PRNT (Plaque Reduction Neutralization Test) → standar emas untuk konfirmasi antibodi, tapi jarang dilakukan karena butuh laboratorium khusus.

Tantangan utama:[5]

    • Biaya tinggi untuk RT-PCR.
    • Uji serologi lebih terjangkau, tetapi bisa terjadi reaktivitas silang antarvirus sejenis.
    • Perlu konfirmasi lanjutan untuk hasil yang akurat.

Ke depan, pengembangan RDT yang cepat dan akurat di wilayah endemis menjadi kunci mempercepat deteksi dini.[5]

 

Penatalaksanaan dan Pengobatan Chikungunya

Belum ada obat antivirus khusus untuk chikungunya. Perawatan bersifat suportif untuk mengurangi gejala dan mempercepat pemulihan.[6]

Langkah penanganan:[6]

    • Istirahat cukup
    • Konsumsi cairan yang cukup
    • Analgesik dan antipiretik untuk menurunkan nyeri dan demam
    • NSAID dapat digunakan untuk nyeri akut, namun di daerah endemis dengue, disarankan memakai parasetamol (asetaminofen) untuk mencegah risiko perdarahan.

Untuk nyeri sendi berkepanjangan, bisa ditangani dengan:[6]

    • Obat antiinflamasi.
    • Kortikosteroid topical.
    • Fisioterapi.

Pemantauan berkala penting untuk mencegah komplikasi dan memastikan pemulihan sempurna.[6]

 

Baca Juga:

Target Indonesia untuk Capai 0 Kasus Kematian Dengue di 2030

Zero Dengue Death by 2030: Bisakah Dicapai?

Penularan Penyakit Malaria di Ruang Lingkup Transfusi Darah: Cegah dengan Pemeriksaan Ini

 

FAQ – Pertanyaan Umum Seputar Chikungunya

1. Mengapa Kasus Chikungunya Meningkat di 2025?

Karena musim hujan mempercepat pertumbuhan populasi nyamuk penular di banyak wilayah.

2. Apakah Chikungunya dan Demam Berdarah Sama?

Tidak. Penyebabnya berbeda, namun sama-sama ditularkan nyamuk Aedes. Chikungunya lebih menonjolkan nyeri sendi berat, sedangkan demam berdarah ditandai risiko perdarahan.

3. Bisakah Chikungunya Menular Antar Manusia?

Tidak bisa. Penularan hanya terjadi melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

4. Bagaimana Cara Mendeteksi Chikungunya?

Melalui RT-PCR atau rapid test untuk mendeteksi virus atau antibodi.

5. Apakah Pasien Chikungunya Bisa Sembuh Total?

Ya. Sebagian besar pasien pulih sepenuhnya, dan tubuh membentuk kekebalan alami setelah sembuh.

 

PT Medquest Jaya Global

Sebagai bagian dari komunitas kesehatan, kami berkomitmen menyediakan alat kesehatan dan solusi inovatif guna mendukung program kesehatan nasional di Indonesia. Kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut mengenai Alat Kesehatan inovatif dan berkualitas terbaik yang kami hadirkan:

Pelajari Selengkapnya

 

 

 

Referensi Artikel:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2025). Laporan mingguan situasi penyakit infeksi emerging dan potensial KLB/wabah M42-2025. Surveilans Kemenkes. https://surveilans.kemkes.go.id/berita/laporan-mingguan-situasi-penyakit-infem-dan-potensial-klb-wabah-m42-2025
  2. Dinata, Arda. “Sejarah Chikungunya.” Inside, vol. I, 2006.
  3. World Health Organization. (2025). Chikungunya. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chikungunya
  4. Ojeda Rodriguez, J. A., Haftel, A., & Walker III, J. R. (2025). Chikungunya fever. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534224/
  5. Simo, F. B. N., Burt, F. J., & Makoah, N. A. (2023). Chikungunya virus diagnosis: A review of current antigen detection methods. Tropical Medicine and Infectious Disease, 8(7), 365. https://doi.org/10.3390/tropicalmed8070365
  6. Centers for Disease Control and Prevention. (2025). Treatment and prevention: Chikungunya virus. U.S. Department of Health and Human Services. https://www.cdc.gov/chikungunya/hcp/treatment-prevention/index.html
Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.