Faktor Risiko Gagal Ginjal: Pentingnya Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine
Gagal ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terus meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi ketika fungsi ginjal menurun secara signifikan, sehingga tubuh tidak mampu lagi menyaring limbah dan cairan secara optimal. Salah satu cara untuk mendeteksi risiko gagal ginjal sejak dini adalah dengan mengukur Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine / Urine Albumin-Creatinine Ratio (uACR).
Apa itu Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine?
Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine adalah metode pilihan utama untuk mendeteksi peningkatan protein dalam urine. Metode yang direkomendasikan untuk mengevaluasi albuminuria adalah dengan mengukur ACR urine pada sampel spot urine. ACR dihitung dengan membagi konsentrasi albumin dengan konsentrasi kreatinin.[1]
Meskipun pengumpulan urine 24 jam dianggap sebagai “gold standard“, metode Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine lebih praktis dan memperhitungkan variasi konsentrasi urine akibat hidrasi. Sampel spot urine memiliki korelasi yang baik dengan hasil pengumpulan 24 jam pada orang dewasa.[1]
ACR mengukur kadar dua zat dalam urine: albumin dan kreatinin.[2]
- Albumin: Protein penting dalam darah yang berperan dalam membangun otot, memperbaiki jaringan, dan melawan infeksi. Biasanya tidak ditemukan dalam urine.
- Kreatinin: Produk limbah dari pencernaan protein dan pemecahan jaringan otot, diekskresikan oleh ginjal melalui urine.
Ginjal yang sehat mencegah albumin masuk ke urine. Jika ginjal mengalami kerusakan, albumin dapat “bocor” ke urine, kondisi ini disebut albuminuria atau proteinuria, yang menjadi indikator awal penyakit ginjal, meskipun nilai eGFR masih dalam batas normal.[2]
Mengapa Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine Penting?
Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine dalam sampel spot urine dapat mencerminkan tingkat ekskresi albumin pada urine. Selain itu, ACR saat ini banyak diakui sebagai indikator penting dalam memprediksi berbagai penyakit, seperti: hipertensi, gagal ginjal, penyakit kardiovaskular, dan bahkan hingga kematian.[3]
Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine juga memiliki kaitan yang erat dengan faktor – faktor risiko kardiometabolik, penyakit vaskular, dan resistensi insulin. Oleh karena itu, ACR memiliki peran yang penting secara klinis dalam memprediksi risiko diabetes dan tingkat keparahannya di masa depan.[3]
Gagal Ginjal dan Pengujian Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine
Penyakit ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit yang bersifat progresif yang telah menyerang sekitar 10% dari populasi di dunia, atau lebih dari 800 juta orang. CKD lebih sering terjadi pada individu lanjut usia, perempuan, serta penderita diabetes mellitus dan hipertensi. Beban CKD sangat besar di negara berpenghasilan rendah-menengah, yang memiliki keterbatasan dalam menangani dampaknya. CKD kini menjadi salah satu penyebab utama kematian global, dengan angka kematian yang terus meningkat selama dua dekade terakhir.[4]
Penyakit ginjal stadium akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD) atau yang biasa dikenal dengan gagal ginjal terjadi ketika CKD mencapai tahap lanjut, di mana ginjal tidak lagi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah dan cairan berlebih, yang menyebabkan penumpukan berbagai macam zat yang berbahaya dalam tubuh. Pada tahap ini, maka sudah diperlukan dialisis atau bahkan transplantasi ginjal agar pasien tetap hidup.[5]
Oleh karena itu, skrining CKD menjadi penting terutama ditujukan pada populasi berisiko tinggi, seperti penderita hipertensi, diabetes mellitus, dan individu berusia di atas 65 tahun. Pedoman KDOQI (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) merekomendasikan untuk dilakukan pengujian skrining melalui urinalisis, pengukuran Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine, kadar kreatinin serum, dan estimasi GFR menggunakan rumus CKD-EPI.[4]
Baca Juga: Solusi Deteksi Microalbuminuria: Abbott Afinion 2 Analyzer
Cara Menurunkan Kadar Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine dan Menjaga Kesehatan Ginjal
Beberapa hal yang dapat Anda lakukan dan jadikan perhatian guna menjaga kesehatan ginjal serta menurunkan kadar Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) urine:[6]
- Periksakan ginjal Anda setidaknya sekali setahun. Tenaga kesehatan (Nakes) akan melakukan tes darah sederhana untuk mengetahui nilai eGFR Anda dan tes ACR untuk mendeteksi adanya protein (albumin) dalam urin, yang dapat mengindikasikan kerusakan ginjal.
- Kendalikan tekanan darah jika Anda memiliki hipertensi dan gula darah jika Anda menderita diabetes.
- Hindari obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), seperti: ibuprofen dan naproxen jika Anda memiliki CKD.
- Hindari aktivitas merokok.
- Olahraga dan ikuti pola makan sehat yang rendah natrium, lemak jenuh, dan gula, tetapi tinggi buah segar, sayuran, biji-bijian utuh, daging tanpa lemak, ikan, dan unggas. Hindari makanan olahan (process food).
- Pertahankan berat badan yang sehat. Turunkan berat badan jika disarankan oleh nakes.
- Diskusikan dengan nakes sebelum mengonsumsi vitamin, mineral, herbal, atau suplemen penurun berat badan dan pembentukan tubuh, karena beberapa produk dapat merusak ginjal Anda.
- Pastikan dosis obat yang Anda konsumsi sesuai dengan usia dan fungsi ginjal Anda. Diskusikan hal ini dengan nakes Anda.
Solusi Andal Deteksi Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine
Dalam dunia medis yang membutuhkan kecepatan dan akurasi, Afinion™ 2 Analyzer dapat menjadi solusi alat andalan untuk mendukung layanan kesehatan berkualitas tinggi. Abbott Afinion™ 2 Analyzer adalah multi-assay analyzer yang compact, cepat, dan point-of-care testing. Dengan menggunakan Cartridge ACR, alat ini memungkinkan pengukuran kuantitatif albumin, kreatinin, dan Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) menggunakan hanya satu sampel urin acak. Tes ini dapat membantu deteksi awal mikroalbuminuria, tanda klinis pertama dari penyakit ginjal diabetic dan penyakit kardiovaskular, sekaligus indikator dini gagal ginjal.
Keunggulan Afinion™ 2 Analyzer terletak pada prosesnya yang cepat, memberikan hasil dalam hitungan menit tanpa perlu langkah tambahan yang rumit, hanya dengan 3.5 µL sampel urin acak. Hal ini membuatnya sangat efisien untuk pengambilan keputusan klinis yang cepat, terutama dalam populasi pasien dengan diabetes atau hipertensi.
Sebagai alat Point-of-Care Testing (POCT), Afinion™ 2 Analyzer dirancang untuk mendukung efisiensi diagnostik di klinik, laboratorium kecil, atau praktik medis lainnya. Tidak hanya menghemat waktu tenaga kesehatan, tetapi juga membantu meningkatkan kepuasan pasien melalui proses yang lebih sederhana dan cepat.
Bagi Anda penyedia fasilitas layanan kesehatan, seperti Rumah Sakit, klinik dan laboratorium, yang sedang membutuhkan alat kesehatan pemeriksaan non-invasif pemeriksaan Rasio Albumin-Kreatinin (ACR) Urine, silakan kunjungi halaman berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya:
Referensi Artikel
- National Kidney Foundation. https://www.kidney.org/kidney-health/kidneydisease/siemens_hcp_acr#:~:text=Albumin%2Dto%2Dcreatinine%20ratio%20(,by%20creatinine%20concentration%20in%20grams. (diakses pada 20 NOV 2024).
- Urine albumin-creatinine ratio (uACR). National Kidney Foundation. https://www.kidney.org/kidney-topics/urine-albumin-creatinine-ratio-uacr (diakses pada 20 NOV 2024).
- Friedman, A., Marrero, D., Ma, Y., Ackermann, R., Narayan, K. V., Barrett-Connor, E., Watson, K., Knowler, W. C., & Horton, E. S. (2008). Value of Urinary Albumin-to-Creatinine Ratio as a Predictor of Type 2 Diabetes in Pre-Diabetic Individuals. Diabetes Care, 31(12), 2344–2348. https://doi.org/10.2337/dc08-0148.
- Kovesdy, C. P. (2022). Epidemiology of chronic kidney disease: an update 2022. Kidney International Supplements, 12(1), 7–11. https://doi.org/10.1016/j.kisu.2021.11.003.
- End-stage renal disease – Symptoms and causes. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/end-stage-renal-disease/symptoms-causes/syc-20354532 (diakses pada 21 NOV 2024).
- Kidney Failure Risk Factor: Urine Albumin-Creatinine Ratio (uACR). National Kidney Foundation. https://www.kidney.org/kidney-failure-risk-factor-urine-albumin-creatinine-ratio-uacr (diakses pada 21 NOV 2024).