Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang terjadi karena adanya ketidakteraturan dalam sekresi insulin atau aktivitas insulin. Penyakit diabetes melitus jika tidak secepatnya diberikan penanganan maka akan menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memantau kelainan tersebut adalah HbA1c.[1]
Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai diabetes dan HbA1c lebih mendalam berdasarkan informasi yang tersedia.
Memahami Diabetes
Diabetes melitus (DM), atau yang umum dikenal dengan diabetes, merupakan suatu penyakit metabolik. Pasien dengan diabetes tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol kadar glukosa di dalam darah, sehingga terjadi penumpukan kadar glukosa di dalam darah. Dalam kasus diabetes, insulin tidak dapat diproduksi atau terdapat gangguan (resistensi insulin), sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia.[1]
Diabetes adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, dan menyerang banyak orang tanpa memandang negara, kelompok umur, atau jenis kelamin. Pada tahun 2021, terdapat 529 juta orang yang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Perhitungan terbaru dan paling komprehensif menunjukkan tingkat prevalensi global saat ini adalah 6,1%, menjadikan diabetes sebagai salah satu dari 10 penyebab utama kematian.[2]
Prevalensi Diabetes di Indonesia
Menurut data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2021 meningkat pesat selama satu dekade terakhir hingga 19,47 juta orang. Jumlah ini diperkirakan dapat mencapai 28,57 juta orang pada tahun 2045, meningkat sebesar 47% dari tahun 2021. Bahkan pada tahun 2021, terdapat sekitar 14,34 juta orang hidup dengan diabetes yang tidak terdiagnosis atau sekitar 73.7% dari jumlah penderita diabetes di Indonesia.[3]
Tipe-Tipe Diabetes
Diabetes dikelompokan menjadi tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 banyak terjadi pada anak-anak atau remaja, sedangkan tipe 2 banyak menyerang orang dewasa paruh baya dan lanjut usia yang mengalami hiperglikemia berkepanjangan akibat gaya hidup dan pilihan pola makan yang buruk. Asal mula dan perkembangan penyakit (patogenesis) antara diabetes tipe 1 dan tipe 2 berbeda. Oleh karena itu masing-masing tipe memiliki penyebab, presentasi, dan pengobatan yang berbeda.[1]

Ilustrasi perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2. Sumber: scientificanimations.com
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe satu terjadi karena adanya kerusakan atau kelainan pada sel beta penghasil insulin di pankreas, biasanya akibat dari proses autoimun, sehingga terjadi kehancuran total sel beta, dan akibatnya, insulin tidak dapat diproduksi sama sekali atau mungkin sangat rendah.[1]
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe dua terjadi karena adanya resistensi insulin, sehingga menyebabkan defisit fungsional insulin dan glukosa menumpuk di pembuluh darah. Resistensi insulin bersifat multifaktorial tetapi umumnya berkembang akibat obesitas dan penuaan. Latar belakang genetik untuk kedua tipe diabetes ini sangat penting sebagai faktor risiko.[1]
Dampak Komplikasi Diabetes
Diabetes yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi. Paparan hiperglikemia dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Jika pembuluh darah Anda tidak berfungsi dengan baik, darah tidak dapat mengalir ke bagian tubuh yang diperlukan. Hal tersebut menyebabkan saraf Anda tidak akan bekerja dengan baik dan menyebabkan rasa kebas di beberapa bagian tubuh Anda.[4]
Jika pembuluh darah dan saraf di satu bagian tubuh Anda rusak, kemungkinan besar Anda akan mengalami masalah serupa di bagian lain tubuh Anda. Jadi, jika saraf pada kaki Anda bermasalah, masalah jantung yang serius bisa terjadi.[4]
Mengontrol kadar glukosa darah, tekanan darah dan kolesterol dapat membantu mencegah masalah kesehatan yang dapat terjadi ketika Anda menderita diabetes. Dengan demikian maka Anda dapat tetap menjalankan hari – hari dengan sehat.[5]
Baca juga: Diabetes: Endemi Baru Indonesia
Hubungan Diabetes dan HbA1c
Hemoglobin adalah protein yang hanya ditemukan dalam sel darah merah. Tugas utama dari hemoglobin adalah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel di dalam tubuh. Hemoglobin dapat terglikasi atau terlapis dengan glukosa di pembuluh darah.[6]
Jumlah glukosa yang ada dalam darah akan menempel pada hemoglobin. Semakin tinggi kadar glukosa di dalam darah maka semakin banyak glukosa yang melapisi permukaan hemoglobin. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar glukosa pada darah maka, kadar HbA1c juga tinggi.[6]
Hemoglobin A1c (hemoglobin terglikasi, HbA1c, atau A1c) adalah pengujian yang digunakan untuk mengevaluasi kadar glukosa seseorang. Tes ini mengukur rata-rata kadar gula darah selama 90 hari terakhir. Tes ini juga dapat digunakan untuk menunjang diagnosis diabetes. Karena sel darah merah hidup rata-rata selama tiga bulan, tes A1c akan mencerminkan sel darah merah yang ada dalam aliran darah pada saat tes; inilah mengapa A1c berfungsi untuk memantau rata-rata gula darah.[6]
Karakteristik spesifik inilah yang digunakan untuk memperkirakan rata-rata kadar glukosa darah selama dua hingga tiga bulan sebelumnya.[7]

Proses pembentukan HbA1c.[7]
HbA1c merupakan indikator penting dalam pengendalian glikemik jangka panjang karena kemampuannya yang dapat mencerminkan riwayat glikemik kumulatif dalam dua hingga tiga bulan sebelumnya. HbA1c tidak hanya bermanfaat untuk melihat kondisi hiperglikemia kronis, tetapi HbA1c juga berkorelasi dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang. Informasi berharga yang diberikan oleh tes HbA1c menjadikannya sebagai biomarker yang dapat diandalkan untuk diagnosis dan prognosis diabetes.[7]
Hampir seluruh guideline mengikuti standar kriteria diagnosis yang diusulkan oleh International Diabetes Federation (IDF) dan World Health Organization (WHO) seperti yang tertera pada gambar di bawah ini. Seseorang didiagnosa mengidap diabetes apabila melewati satu atau lebih dari kriteria yang tertera. Apabila seseorang memiliki nilai HbA1c > 6,5% maka termasuk ke individu dengan diabetes.[8]

Kriteria diagnosis terhadap diabetes.[8]
Proses Pengujian HbA1c
HbA1c dapat diukur dengan beberapa metode pengujian yang ada di laboratorium. Empat metode yang paling umum digunakan untuk mengukur HbA1c meliputi: immunoassay, ion-exchange high-performance liquid chromatography (HPLC), enzymatic assays, dan boronate affinity.[9]
1. Immunoassay
Immunoassay mengukur HbA1c secara spesifik dengan menggunakan antibodi yang dapat mengenali struktur N-terminal dari asam amino yang terglikasi pada rantai β hemoglobin.[9]
2. Ion-exchange HPLC
Ion-exchange HPLC memisahkan varian Hb berdasarkan perbedaan muatan antara HbA1c dengan hemoglobin yang lainnya.[9]
3. Enzymatic Assays
Metode enzimatik untuk mengukur HbA1c adalah dengan menggunakan enzim yang secara spesifik memotong pada bagian N-terminal valin.[9]
4. Boronate Affinity
Pada metode boronate affinity, asam m-aminofenilboronat bereaksi secara spesifik dengan gugus cis-diol glukosa yang terikat pada Hb. Metode ini mengukur total hemoglobin yang terglikasi, termasuk HbA1c. boronate affinity adalah metode paling tidak terpengaruh dengan keberadaan varian Hb dan turunannya.[9]
Kapan Pengujian HbA1c Perlu Dilakukan?
Frekuensi pengujian HbA1c di tiap individu dengan diabetes dapat berbeda tergantung pada beberapa faktor, seperti tipe diabetes, stabilitas kadar gula darah, dan kesehatan secara keseluruhan pada individu tersebut. Sehingga, frekuensi yang optimal untuk pengujian HbA1c harus ditentukan oleh penyedia layanan kesehatan secara individual.[10]
Pengujian HbA1c perlu dilakukan secara rutin terhadap seluruh pasien dengan diabetes terutama sebagai penilaian awal. Pengukuran kira-kira setiap 3 bulan sekali juga dapat menentukan apakah target glikemik pasien telah tercapai dan terjaga atau tidak.[10]
American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan untuk melakukan pengujian HbA1c setidaknya dua kali dalam setahun bagi pasien diabetes yang sudah mencapai target pengobatan dan punya nilai glikemik yang stabil.[10]
Sedangkan bagi pasien yang baru saja mengganti pengobatan dan/atau yang tidak memenuhi target nilai glikemik pada HbA1c maka direkomendasikan untuk mengecek HbA1c setidaknya setiap triwulan. Target keberhasilan pengobatan dari pasien diabetes adalh ketika nilai HbA1c nya stabil kurang dari 7%.[10]
Abbott Afinion 2 Analyzer: Perhitungan HbA1c Dengan Mudah dan Cepat
Pemeriksaan HbA1c menjadi sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis diabetes. Selain itu, pengujian HbA1c juga dapat membantu dalam meningkatkan efektivitas manajemen diabetes dalam hal ini monitoring HbA1c untuk melihat efektivitas terapi dalam menurunkan kadar gula darah. Hal tersebut guna mencegah terjadinya berbagai macam komplikasi yang tidak diinginkan.

Abbott Afinion™ 2 Analyzer dan kartrid HbA1c. Sumber: Abbott.
Abbott Afinion™ 2 Analyzer adalah multi-assay analyzer yang compact, cepat, dan point-of-care testing. Dengan Afinion™, pasien tidak perlu dikirim ke laboratorium atau menghabiskan banyak waktu menunggu hasilnya. Alat tersebut memiliki performa yang baik dengan berbagai sertifikasi terhadap pengujian HbA1c seperti NGSP dan IFCC. Analyzer dan kartridnya telah dirancang secara presisi dengan setiap kartrid yang sudah terintegrasi dengan sample collector dan seluruh reagen yang diperlukan untuk satu pengujian hingga memudahkan pengoperasian.
Bagi Anda yang membutuhkan alat pengujian HbA1c & ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Abbott Afinion™ 2 Analyzer, silakan kunjungi halaman berikut ini:
Referensi Artikel:
- Sapra A, Bhandari P. Diabetes. [Updated 2023 Jun 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/
- Ong, K.L., Stafford, L.K., McLaughlin, S.A., Boyko, E.J., Vollset, S.E., Smith, A.E., Dalton, B.E., Duprey, J., Cruz, J.A., Hagins, H. and Lindstedt, P.A., 2023. Global, regional, and national burden of diabetes from 1990 to 2021, with projections of prevalence to 2050: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2021. The Lancet.
- International Diabetes Federation. 2021. Diabetes in Indonesia. Retrieved from https://idf.org/our-network/regions-and-members/western-pacific/members/indonesia/
- Papatheodorou K, Banach M, Bekiari E, Rizzo M, Edmonds M. Complications of Diabetes 2017. J Diabetes Res. 2018 Mar 11;2018:3086167. doi: 10.1155/2018/3086167
- National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2016. Managing Diabetes. Retrieved from https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/managing-diabetes
- Eyth E, Naik R. Hemoglobin A1C. [Updated 2023 Mar 13]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549816/
- Sherwani, S. I., Khan, H. A., Ekhzaimy, A., Masood, A., & Sakharkar, M. K. (2016). Significance of HbA1c Test in Diagnosis and Prognosis of Diabetic Patients. Biomarker Insights, 11, 95-104. https://doi.org/10.4137/BMI.S38440
- Magliano DJ, Boyko EJ; IDF Diabetes Atlas 10th edition scientific committee . IDF DIABETES ATLAS [Internet]. 10th edition. Brussels: International Diabetes Federation; 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK581934/
- Little, R. R., & Roberts, W. L. (2009). Laboratory Advances in Hemoglobin A1c Measurement: A Review of Variant Hemoglobins Interfering with Hemoglobin A1c Measurement. Journal of Diabetes Science and Technology (Online), 3(3), 446-451. https://doi.org/10.1177/193229680900300307
- American Diabetes Association Professional Practice Committee; 6. Glycemic Targets: Standards of Medical Care in Diabetes—2022. Diabetes Care 1 January 2022; 45 (Supplement_1): S83–S96. https://doi.org/10.2337/dc22-S006