Tidak banyak orang yang tahu, bahwa perlawanan terhadap Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan salah satu upaya penting yang sudah dilakukan oleh berbagai pemerintah di penjuru dunia, khususnya di negara Amerika Serikat (AS).
Namun yang belakangan ini cukup menarik perhatian orang – orang, yakni mengenai pemanfaatan metode pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM). Yang mana, metode pemeriksaan ini digadang – gadang bisa membantu mempermudah proses pendeteksian adanya AMR.
Apabila Anda mungkin baru pertama kali mendengar metode pemeriksaan TCM dan penasaran mengenai manfaatnya dalam mendeteksi AMR, maka bisa simak detail ulasannya di artikel berikut ini.
Antimicrobial Resistance, ancaman dunia kesehatan?
Sebelum kita mengulas lebih dalam terkait pemanfaatan Tes Cepat Molekuler dalam mendeteksi AMR, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai apa itu AMR sendiri. Diketahui, Antimicrobial Resistance (AMR) merupakan salah satu ancaman dan masalah besar secara global bagi dunia kesehatan manusia maupun hewan.
AMR sendiri umumnya merupakan kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi (jamur) dan parasit menjadi resisten dan kebal terhadap antimikroba, yang sebelumnya efektif mencegah dan membunuh mikroorganisme tersebut[2].
Munculnya AMR pada mikroorganisme, umumnya terjadi secara alami dan melalui perubahan genetik. Menurut keterangan dari WHO (World Health Organization), penyebab utama dari AMR adalah penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba yang tidak efektif dan berlebihan[2].
Selain itu, ada juga penyebab lain terbentuknya AMR berupa kurangnya akses untuk air bersih, sanitasi dan higiene pada manusia & hewan dan masih banyak lagi. Dan yang perlu Anda ketahui disini adalah, gen resisten pada suatu mikroorganisme biasanya dapat diturunkan secara vertikal dan bisa disebar secara horizontal pada mikroorganisme lain lewat mekanisme tertentu[2].
Lebih lanjut, AMR sendiri bisa menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan global jika disertai perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba berjalan dengan cepat dan tidak dengan penemuan dan pengembangan antimikroba alternatif[2].
Apabila masalah AMR ini tidak dikendalikan dengan baik, maka dapat dipastikan angka kematian yang disebabkan oleh mikroorganisme resisten ini dapat lebih banyak lagi setiap tahunnya[2].
Hal ini disebabkan lantaran kurang efektifnya pengobatan antimikroba yang digunakan. Dan dampak risiko terbesar yang bisa saja terjadi adalah penyakit yang disebabkan oleh AMR tidak dapat diobati dan ditangani dengan baik[2].
Jika dilihat dari segi ekonomi yang berjalan di suatu negara, masalah AMR akan berdampak besar bagi peningkatan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, baik itu pada manusia maupun hewan[2].
Penyebab kenaikan biaya kesehatan satu ini, tentunya diakibatkan karena masalah masa penyembuhan dan perawatan yang terbilang lama, memerlukan penambahan jenis antimikroorganisme yang berbeda, dan lain – lain[2].
Oleh karena itulah, diperlukan adanya solusi alternatif dalam menghadapi AMR tersebut. Salah satunya yakni dengan menggunakan metode pemeriksaan Tes Cepat Molekuler, menggunakan GeneXpert System, untuk memudahkan mendeteksi adanya AMR[2].
Baca Juga: Antimicrobial Resistance: Ancam 24 Juta Orang Miskin Ekstrem!
Pemanfaatan Tes Cepat Molekuler dalam mendeteksi Antimicrobial Resistance (AMR)
Seperti yang sudah diulas sebelumnya, bahwa AMR merupakan salah satu ancaman paling menantang dalam dunia kesehatan, sehingga diperlukan adanya metode dan teknologi efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam menangani masalah AMR, umumnya ada metode dan teknologi konvensional yang digunakan, yaitu mikrobiologis klinis, dengan waktu pengerjaan yang lama dan terbilang mahal.
Penggunaan metode dan teknologi konvensional seperti phenotypic methods dan molecular-based methods dinilai tidak efektif lantaran memerlukan waktu yang lama sehingga menyebabkan tingkat kematian lebih tinggi dan menjadikan biaya perawatan kesehatan lebih mahal[3].
Oleh karena itu, diperlukan solusi lain dalam mendeteksi AMR agar dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam menanggulangi permasalahan kesehatan yang mengancam dunia[3].
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat salah satu metode pemeriksaan yang cukup efektif dan efisien dalam membantu mendeteksi masalah AMR yang mengancam kesehatan manusia, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM).
Ya, pemeriksaan berbasis molekuler ini terbilang dapat membantu dalam proses mendeteksi adanya AMR dan bahkan menawarkan banyak sekali keuntungan di dalamnya jika dibandingkan dengan metode tes fenotipik, seperti dalam hal penargetan multipleks dan karakterisasi maupun deteksi gen AMR yang lebih cepat dan tepat[3].
Cara kerja pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
Penting untuk Anda ketahui, bahwa tantangan AMR sendiri dikatakan mampu mendorong adanya pendekatan One Health, yang mana mengakui bahwa kesehatan manusia sangat erat kaitannya dengan kesehatan hewan dan lingkungan[1].
Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pemerintah dunia, khususnya pemerintah AS turut memberikan dorongan yang memprioritaskan lima bidang komitmen dalam tantangan menghadapi AMR, baik itu dari mulai pelacakan dan data, pencegahan dan pengendalian infeksi, penggunaan antibiotik, lingkungan dan sanitasi, serta vaksin, terapi dan diagnostik[1].
Terlepas dari hal tersebut, di pembahasan kali ini kita akan mengulas mengenai cara kerja dari pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dalam membantu mendeteksi masalah AMR pada kesehatan.
Dalam proses kerjanya sendiri, pemeriksaan berbasis molekuler biasanya memanfaatkan teknik amplifikasi dan hibridisasi asam nukleat. adapun teknik berbasis molekuler satu ini, yaitu Tes Cepat Molekuler, menawarkan deteksi AMR dengan cara yang lebih cepat dan terbilang lebih sensitif di dalamnya, dengan menggunakan teknologi nested real-time PCR [5].
Adapun untuk hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan Tes Cepat Molekuler, biasanya akan menghasilkan hasil yang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode pengujian secara konvensional[5].
Keuntungan Tes Cepat Molekuler selain untuk mendeteksi Antimicrobial Resistance (AMR)
Keuntungan utama dalam penggunaan metode pemeriksaan TCM adalah sangat membantu dalam mendeteksi adanya AMR yang mengancam kesehatan. Akan tetapi jika diulas secara lebih mendalam, penggunaan metode pemeriksaan menggunakan TCM ini sendiri cukup banyak digunakan dalam bidang kesehatan.
Penggunaan Tes Cepat Molekuler dapat membantu dalam mendeteksi / mendiagnosis adanya penyakit Tuberkulosis (TBC) pada pasien. Adapun untuk mendiagnosis penyakit TBC, memerlukan adanya beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan mikroskopis, TCM dan juga biakan.
Diperlukan juga metode pemeriksaan lain seperti halnya radiologis yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis secara klinis pada pasien. Hasil pemeriksaan tersebut dapat menyatakan bahwa pasien tersebut tidak terbukti secara bakteriologis[4].
Adanya uji kepekaan menggunakan metode pemeriksaan TCM dapat membantu dalam menentukan apakah ada resistensi terhadap obat TBC yang digunakan. Dalam hal ini, Anda perlu tahu bahwa setiap pemeriksaan untuk mendiagnosis TBC umumnya menawarkan kelebihan tersendiri, tak terkecuali pemeriksaan dengan TCM[4].
Baca Juga: Tuberkulosis: Penyebab, Gejala dan Cara Penyembuhan
Beberapa kelebihan yang ditawarkan dari metode pemeriksaan menggunakan TCM untuk mendiagnosis penyakit TBC maupun dalam mendeteksi adanya ancaman AMR, di antaranya sebagai berikut :
- Pemeriksaan menggunakan TCM hadir dengan menawarkan tingkat sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi penyakit / masalah kesehatan tertentu.
- Hasil pemeriksaan dengan menggunakan TCM bisa diketahui dengan cepat, kurang lebih sekitar 2 jam lamanya.
- Penggunaan pemeriksaan TCM, dapat digunakan untuk memudahkan dalam mengetahui hasil resistensi terhadap rifampisin.
- Metode pemeriksaan dengan menggunakan TCM, memiliki tingkat biosafety yang terbilang jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Biosafety, Biosecurity, dan Risk Assessment: Apakah itu?
Jadi, itulah tadi ulasan lengkap yang bisa Anda ketahui seputar metode pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dalam membantu mendeteksi masalah AMR yang mengancam kesehatan manusia. Selain itu, penggunaan pemeriksaan ini juga bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit tertentu seperti halnya TBC.
Referensi Artikel:
- CDC. (2019). The AMR Challenge. https://www.cdc.gov/drugresistance/intl-activities/amr-challenge.html
- Silaban, Jesiaman. (2021). Mengenal Antimicrobial Resistance (AMR): Ancaman Global Kesehatan Manusia dan Hewan. BBVET WATES. https://bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id/informasi/berita-terkini/mengenal-antimicrobial-resistance-amr-ancaman-global-kesehatan-manusia-dan-hewan.
- Kaprou, G. D., Bergšpica, I., Alexa, E. A., Alvarez-Ordóñez, A., & Prieto, M. (2021). Rapid Methods for Antimicrobial Resistance Diagnostics. Antibiotics (Basel, Switzerland), 10(2), 209. https://doi.org/10.3390/antibiotics10020209
- Kementerian Kesehatan. (2017). Petunjuk Teknis Pemeriksaan TB Menggunakan Tes Cepat Molekuler. https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2020/05/LAB_PETUNJUK-TEKNIS-PEMERIKSAAN-TB-DENGAN-TCM-2017.pdf
- Lusinta, H. (2020). Tes Cepat Molekuler (TCM). RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO. https://rsupsoeradji.id/tes-cepat-molekuler-tcm/. (diakses pada 23 Agustus 2023).