Lupa, kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari. Hampir semua orang pasti pernah mengalami kejadian lupa, mulai dari yang ringan hingga yang parah, seperti lupa menyimpan barang atau bahkan lupa dengan namanya sendiri. Namun, apakah Anda pernah mengalami lupa yang terus menerus dan sulit untuk berkonsentrasi? Jika iya, hal ini mungkin bisa menjadi tanda dari suatu kondisi kesehatan yang serius, seperti demensia yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang paling umum terjadi. Demensia Alzheimer adalah kondisi patologis pada syaraf di otak yang mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, termasuk ingatan, kemampuan berbicara dan keterampilan sosial.
Gejala awal dari penyakit Demensia Alzheimer termasuk diantaranya adalah sulit berkonsentrasi, kesulitan mengingat informasi baru dan kesulitan mempertahankan ingatan jangka pendek. Seiring waktu, gejala dapat memburuk dan seperti kesulitan dalam berbicara dan mengekspresikan diri, kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari dan kesulitan dalam mengenali orang-orang di sekitarnya.
Meskipun penyebab pasti dari penyakit Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena penyakit Alzheimer. Faktor risiko tersebut antara lain adalah usia, riwayat keluarga, faktor gaya hidup dan kondisi kesehatan tertentu.
Penting untuk menyadari secara dini gejala penyakit Alzheimer yang muncul dan segera mencari bantuan medis jika gejala tersebut terjadi. Semakin dini penyakit ini didiagnosis, semakin baik peluang untuk mengelola gejala dan memperlambat kemajuan penyakit. Dengan pengobatan dan perawatan yang tepat, seseorang yang menderita penyakit Alzheimer dapat mempertahankan kualitas hidup yang baik dan berfungsi secara mandiri selama mungkin.
Pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa itu demensia (pikun), apa sebenarnya penyakit yang belum ada pengobatannya ini (Healthdirect Australia, 2020), seperti apa gejala yang menandakan penyakit Alzheimer, apa sajakah yang menjadi penyebab penyakit ini terjadi serta urgensi pendeteksian sedini mungkin dengan diagnosis dari ahli profesional agar kita mampu mengurangi atau dapat mengantisipasi dampak-dampak yang akan terjadi dari penyakit Alzheimer ini.
Pengertian Demensia
Menurut Alzheimer’s Indonesia (2019), Istilah demensia merujuk pada serangkaian gejala seperti kehilangan daya ingat (memori), sulit berkonsentrasi, penurunan fungsi kognitif, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah penyakit dan cedera yang mempengaruhi otak secara primer ataupun sekunder.
1. Faktor Risiko Demensia
Menurut Mayo Clinic (2022), walaupun belum dapat ditentukan penyebab utama dari demensia, namun terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian demensia, dimana faktor risiko tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Faktor Risiko yang tidak dapat diubah: usia, histori penyakit demensia dalam keluarga, dan penyandang down syndrome
- Faktor Risiko yang dapat diubah: pola makan, aktivitas olahraga, asap rokok, polusi udara, konsumsi alkohol, depresi, diabetes, trauma di bagian kepala serta defisiensi nutrisi dan vitamin.
Saat ini lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia, dan terdapat hampir 10 juta kasus baru setiap tahun. Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum dan menyumbang porsi terbanyak dari seluruh kasus demensia, yakni sekitar 60-70% kasus (World Health Organization, 2022).
Alzheimer Disease (AD)
Menurut National Institute on Aging (2021), penyakit Alzheimer adalah kelainan otak yang perlahan-lahan menghancurkan daya ingat dan keterampilan berpikir, dan yang paling parah merusak kemampuan untuk melakukan tugas yang paling sederhana. Penyakit ini pertama kali diketahui oleh Dr. Alois Alzheimer, seorang psikiater klinis dan neuroanatomist berkebangsaan Jerman.
Pada tahun 1906, Dr. Alzheimer memperhatikan adanya perubahan pada jaringan otak seorang wanita yang meninggal karena penyakit mental yang tidak biasa. Gejalanya semasa hidup antara lain: kehilangan ingatan, masalah bahasa dan perilaku yang tidak dapat diprediksi. Setelah wanita tersebut meninggal, Dr. Alois Alzheimer melakukan pemeriksaan terhadap otaknya dan menemukan banyak gumpalan abnormal (sekarang disebut sebagai plak amiloid) dan kumpulan serat yang kusut (sekarang disebut sebagai neurofibrillary tangle). Plak amiloid dan neurofibrillary tangle di otak ini masih dianggap sebagai ciri utama penyakit Alzheimer sampai sekarang (National Institute on Aging, 2021).
Ciri lainnya adalah hilangnya koneksi antar sel saraf (neuron) di otak. Sebagaimana yang kita tahu bahwa Neuron mengirimkan pesan ke pelbagai bagian otak, dari otak ke otot dan juga organ dalam tubuh. Banyak perubahan otak kompleks lainnya yang dianggap berperan dalam Alzheimer juga.
Kerusakan otak pada pasien Alzheimer berlangsung secara progresif, awalnya terjadi di bagian otak yang terlibat dalam memori, termasuk korteks entorhinal dan hippocampus kemudian mempengaruhi area di korteks serebral, yakni bagian otak yang bertanggung jawab atas bahasa, penalaran dan perilaku sosial. Pada akhirnya menyebabkan kerusakan pada banyak area otak lainnya.
Ciri dan Gejala Alzheimer
Merujuk pada National Health Service UK (2021) secara umum gejala dan ciri-ciri pasien yang mengalami penyakit Alzheimer dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Early Stage Symptoms
Pada tahap awal, gejala utama penyakit Alzheimer adalah hilang ingatan. Sebagai contoh, seseorang yang berada di tahapan ini mungkin saja dapat berada di kondisi berikut ini:
- Lupa tentang percakapan atau peristiwa yang baru terjadi.
- Lupa menempatkan barang.
- Lupa nama tempat dan benda.
- Mengalami kesulitan memikirkan kata yang tepat.
- Mengajukan pertanyaan berulang-ulang.
- Menunjukkan penilaian yang buruk atau merasa lebih sulit untuk membuat keputusan.
- Menjadi kurang fleksibel dan lebih ragu untuk mencoba hal baru.
- Seringkali ada tanda-tanda perubahan mood, seperti meningkatnya kecemasan, agitasi dan sering mengalami kebingungan.
2. Middle Stage Symptoms
Saat penyakit Alzheimer berada di tahapan ini, masalah ingatan akan semakin parah. Seseorang dengan kondisi ini mungkin merasa semakin sulit untuk mengingat nama orang yang mereka kenal dan mungkin kesulitan untuk mengenali keluarga dan teman mereka.
Gejala lain juga dapat berkembang, seperti :
- Meningkatnya kebingungan dan disorientasi – misalnya: tersesat atau tidak mengetahui waktu terkini.
- Perilaku obsesif, berulang atau impulsif.
- Delusi (mempercayai hal-hal yang tidak benar) atau merasa paranoid dan curiga terhadap pengasuh atau anggota keluarga.
- Masalah dengan bicara atau bahasa (Aphasia).
- Gangguan tidur.
- Perubahan suasana hati seperti depresi dan perasaan semakin cemas, frustrasi atau gelisah.
- Kesulitan melakukan tugas spasial, seperti menilai jarak.
- Melihat atau mendengar hal-hal yang orang lain tidak lihat/dengar (halusinasi)
- Beberapa orang juga memiliki beberapa gejala demensia vaskular.
Pada tahap ini, seseorang dengan penyakit Alzheimer biasanya membutuhkan bantuan untuk membantu mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka mungkin memerlukan bantuan untuk makan, mencuci, berpakaian dan menggunakan toilet.
3. Later Stage Symptoms
Pada tahap selanjutnya dari penyakit Alzheimer, gejalanya menjadi semakin parah dan dapat menyusahkan bagi orang dengan kondisi tersebut, serta pengasuh, teman, dan keluarga mereka.
Halusinasi dan delusi dapat datang dan pergi selama penyakit, tetapi dapat menjadi lebih buruk seiring dengan perkembangan kondisi. Terkadang orang dengan penyakit Alzheimer ini bisa menjadi kasar, menuntut dan curiga terhadap orang-orang di sekitar mereka.
Sejumlah gejala lain juga dapat berkembang seiring berkembangnya penyakit Alzheimer, seperti:
- Kesulitan makan dan menelan (Dysphagia).
- Kesulitan mengubah posisi atau bergerak tanpa bantuan.
- Penurunan berat badan yang drastis.
- Buang air kecil yang tidak disengaja (inkontinensia urin) atau tinja (inkontinensia usus).
- Kehilangan kemampuan bicara secara bertahap.
- Masalah signifikan dengan memori jangka pendek dan jangka panjang.
Penegakan Diagnosis Alzheimer
Penegakan diagnosis penyakit Alzheimer merupakan proses yang kompleks dan memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosa yang tepat. Menurut Sianturi (2021), terdapat beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam penegakan diagnosis penyakit Alzheimer, antara lain: pemeriksaan neuropatologi, pemeriksaan neuropsikologik, CT (Computerized Tomography) Scan / MRI (Magnetic Resonance Imaging), EEG (Elektroensefalogram), PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography).
Selain pemeriksaan penunjang yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat pemeriksaan penunjang lain guna penegakan diagnosis Alzheimer, yaitu pemeriksaan biomarker cairan serebrospinal.
Baca Juga: Alzheimer: Penyakit Tua & Tak Dapat Dicegah, Benarkah?
1. Pemeriksaan Biomarker Cairan Serebrospinal
Pemeriksaan penunjang biomarker cairan serebrospinal / Cerebrospinal Fluid (CSF) adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi komposisi dan karakteristik cairan serebrospinal yang terdapat di otak dan sumsum tulang belakang (Fujirebio, 2023).
Biomarker adalah substansi dalam tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator atau petunjuk tentang keadaan kesehatan atau kondisi tertentu dari berbagai organ di dalam tubuh. Pemeriksaan biomarker cairan serebrospinal dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai kondisi medis yang memengaruhi sistem saraf, salah satunya adalah penyakit Alzheimer (Fujirebio, 2023)..
Diagnosis penyakit Alzheimer menggunakan sampel CSF memungkinkan deteksi empat biomarker protein, yaitu: dua bentuk protein amiloid (Aβ1-42 dan Aβ1-40) dan dua bentuk protein Tau (Total Tau dan fosfo-Tau)(Fujirebio, 2023).
Jika seorang pasien menderita penyakit Alzheimer, maka dua bentuk protein amiloid akan hadir dalam tingkat abnormal rendah (rasio Aβ1-42 dan Aβ1-42/Aβ1-40) sementara itu Total Tau dan fosfo-Tau akan mengalami peningkatan. Tingkat Aβ1-42 dan rasio Aβ1-42/Aβ1-40 bahkan akan rendah jauh sebelum gejala penyakit mulai terlihat (Fujirebio, 2023).
Fujirebio sebuah perusahaan medis dari Belgia yang merupakan market leader dalam produk-produk Neurodegeneratif selama lebih dari 50 tahun telah mengembangkan uji biomarker untuk mendeteksi Alzheimer dengan merk dagang Innotest.
Innotest pertama kali dikembangkan oleh Fujirebio lebih dari 25 tahun yang lalu, telah berevolusi dari waktu ke waktu dari yang semula hanya untuk tujuan penelitian, sekarang sudah digunakan untuk pengujian diagnostik khusus. Innotest semula juga dikerjakan secara manual, namun saat ini telah digunakan untuk pengujian rutin yang sepenuhnya otomatis.
Dalam komunitas klinis saat ini, ada harapan besar untuk penggunaan pengujian berbasis darah untuk pengujian penyakit Alzheimer yang diyakini lebih sederhana dan berpotensi lebih luas dalam rutinitas klinis.
Biomarker berbasis plasma untuk dua protein amiloid (Aβ1-42 dan Aβ1-40) dan untuk protein fosfo-Tau sudah tersedia dari Fujirebio untuk pengujian yang sepenuhnya otomatis (untuk penggunaan penelitian saja/Research Use Only).
Referensi Artikel:
Alzheimer’s disease. (2020). Healthdirect Australia. https://www.healthdirect.gov.au/alzheimers-disease. [diakses pada 14 Maret 2023].
Alzheimer & Demensia. (2019). Alzheimer’s Indonesia. https://alzi.or.id/alzheimer-demensia/ [diakses pada 10 Maret 2023].
Dementia. (2022). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dementia/symptoms-causes/syc-20352013 [diakses pada 13 Maret 2023].
Dementia. (2022). World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/demensia [diakses pada 10 Maret 2023].
What Is Alzheimer’s Disease?. (2021). National Institute on Aging. https://www.nia.nih.gov/health/what-alzheimers-disease [diakses pada 13 Maret 2023].
Symptoms Alzheimer’s disease. (2021). National Health Service UK. https://www.nhs.uk/conditions/alzheimers-disease/symptoms/ [diakses pada 10 Maret 2023].
Sianturi, A. G. M. (2021). Stadium, Diagnosis, dan Tatalaksana Penyakit Alzheimer. Majalah Kesehatan Indonesia, 2(2), 39-44.
Alzheimer’s disease testing solutions. (2023). Fujirebio. https://www.fujirebio.com/en/neuro/ pioneers-in-early-and-reliable-alzheimers-disease-diagnostics [diakses pada 10 Maret 2023].