Home 9 Blog 9 Pra Transfusi Darah: Pentingnya Pemeriksaan Imunohematologi

Pra Transfusi Darah: Pentingnya Pemeriksaan Imunohematologi

May 4, 2023 • 8 minutes read

Pra Transfusi Darah: Pentingnya Pemeriksaan Imunohematologi

Setiap detik yang berlalu, setetes darah yang disumbangkan mempunyai arti yang sangat berharga dalam menyelamatkan nyawa manusia. Hal ini sebagaimana dilansir dari halaman Palang Merah Indonesia (2023), di mana setiap menit terdapat satu orang di Indonesia yang membutuhkan transfusi darah.

Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, menempatkan sebuah tantangan yang kompleks untuk memenuhi kebutuhan darah nasional. Merujuk pada artikel yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Romly, 2022), berdasarkan standar yang ditetapkan oleh WHO, jumlah minimal persediaan darah yang tersedia harus sebesar 2%, yang berarti memerlukan sekitar setidaknya 5,4 juta kantong darah per tahunnya bagi Indonesia.

Lebih lanjut melalui artikel tersebut, Romly (2022) menyampaikan bahwa berdasarkan data tahun 2021, bila mengacu pada standar yang ditetapkan WHO terkait persediaan darah yang harus tersedia minimal 2%, sekitar 85% kebutuhan darah nasional yang diperlukan sebanyak 3,14 juta kantong darah telah berhasil dipenuhi oleh PMI, sementara sekitar 15% sisanya berasal dari rumah sakit yang sudah memiliki unit transfusi darah.

Tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan kantong darah setiap tahunnya, faktor keselamatan dalam transfusi itu sendiri juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kasus inkompatibilitas (ketidakcocokan) pada transfusi yang terjadi sepanjang tahun 2003 menjadi bukti nyata tentang pentingnya hal tersebut. Dari data yang diperoleh dari UTDD PMI DKI Jakarta, ditemukan bahwa dari 1.108 kasus rujukan, sebesar 61% diantaranya merupakan kasus inkompatibilitas yang terjadi pada uji silang serasi (Giantini, 2004, hal. iv).

Pada artikel ini kita akan membahas mengenai apa itu transfusi darah, manfaat yang didapatkan, baik bagi penerima donor darah maupun sang pendonor darah, kriteria seseorang diperbolehkan memberikan darahnya (pendonor) serta mengetahui pentingnya pemeriksaan pra transfusi darah sehingga kita dapat terhindar dari risiko maupun reaksi-reaksi yang tidak diperlukan, yang bahkan bisa mengancam nyawa.

Transfusi Darah dan Pasien Penerimanya

Ilustrasi Menyimpan Kantong Darah Hasil Donor

Ilustrasi menyimpan kantong darah hasil donor. Sumber: Very Health Well.

Dilansir dari halaman website Cleveland Clinic (2020), kekurangan jumlah darah dalam tubuh memerlukan pemberian suplai darah tambahan dari luar tubuh. Salah satu metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah transfusi darah yang memberikan suplai darah tambahan dari donor terhadap penerima.

Meskipun metode ini umumnya digunakan pada pasien dengan kekurangan darah, transfusi darah juga diperlukan pada individu yang mengalami penyakit tertentu seperti talasemia, yang disebabkan oleh mutasi pada rantai penyusun Hb yang mengakibatkan kadar hemoglobin dalam darah jumlahnya sedikit, sickle cell disease, yang ditandai dengan sel darah merah berbentuk sabit yang rapuh sehingga menjadi mudah hancur dan menyebabkan anemia dan beberapa kanker tertentu.

Baca Juga: Talasemia: Penyakit Kelainan Darah Bawaan & Cara Mencegahnya

Penting untuk dicatat bahwa beberapa jenis penyakit tersebut memerlukan transfusi darah secara berulang agar individu dapat menjalankan kehidupan normal. Keteraturan dalam menjalankan prosedur transfusi darah juga menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan demi menjamin keselamatan penerima donor darah.

Metode ini (transfusi darah) memerlukan sumber daya yang tersedia dalam jumlah besar, ketersediaan dan kualitas suplai darah tambahan yang diperoleh dari donor sangatlah vital. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menjadi pendonor darah aktif agar pasokan darah yang diperlukan dapat terpenuhi secara memadai.

Manfaat Transfusi Darah

Ilustrasi Tubuh Sehat dan Bugar

Ilustrasi tubuh sehat dan bugar. Sumber: University Hospitals.

Mungkin ini adalah hal yang sudah diketahui sebelumnya. Anda mungkin telah melihat poster dan mobil-mobil donor darah besar pada acara donor darah yang sering terlihat di media. Kita sering mendengar tentang pentingnya mendonorkan darah karena berkaitan dengan penerima. Satu donasi darah dapat membantu hingga tiga pasien. Namun, apa saja manfaat mendonorkan darah bagi pendonor?

Mungkin dari sebagian kita jarang mendengar tentang hal ini dan dampaknya dirasa agak kurang jelas, namun nyatanya ada beberapa keuntungan kesehatan yang datang sebagai hasil dari pemberian darah.

Berikut ini manfaat yang didapatkan bagi pendonor darah (Flavin, 2018):

    • Menampakkan potensi masalah kesehatan diri yang tidak diketahui sebelumnya.
    • Menghindari penyakit Hemochromatosis akibat zat besi yang berlebih di dalam tubuh.
    • Menurunkan risiko terkena serangan jantung hingga 88 persen.
    • Menjaga organ hati (liver) tetap terjaga kesehatannya.

Selain manfaat yang diterima oleh pendonor darah sebagaimana disebutkan sebelumnya, tentunya transfusi darah ini juga memiliki manfaat bagi penerima donornya.

Berikut ini beberapa manfaat bagi penerima donor diantaranya (Setyowatiningsih, 2020):

    • Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin) pada penderita anemia.
    • Mengganti darah yang hilang karena perdarahan.
    • Mengganti kehilangan plasma darah pada korban luka bakar.
    • Mencegah dan mengatasi perdarahan bagi penderita Talasemia.

Transfusi Darah Di Indonesia

Ilustrasi Kegiatan Donor Darah yang Diadakan PMI

Ilustrasi kegiatan donor darah yang diadakan PMI. Sumber: PMI DIY.

Saat ini proses pelayanan transfusi darah dilakukan atas kerjasama antar instansi, yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) dan Rumah Sakit. Setiap prosedur transfusi darah sudah diatur oleh pemerintah dalam PERMENKES No. 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.

Dalam peraturan tersebut, hanya donor yang memenuhi kualifikasi yang dapat diambil darahnya.

Kualifikasi tersebut diantaranya :

  1. Usia minimal 17 tahun
  2. Berat badan lebih atau sama dengan 45kg* untuk penyumbang darah 350 mL (*55kg untuk donor 450 mL).
  3. Tekanan darah Normal, yaitu :
    • Sistolik : 90 hingga 160 mm Hg
    • Diastolik : 60 hingga 100 mm Hg
    • Perbedaan antara sistolik dengan diastolik lebih dari 20 mmHg.
  4. Denyut nadi 50-100x per menit dan teratur.
  5. Suhu tubuh antara 36,5 – 37,5C
  6. Kadar Hemoglobin (Hb) normal : 12,5 – 17 g/dL
  7. Terbebas dari Anemia, Jaundice (kuning), Sianosis (kondisi kebiruan di kulit akibat kurang oksigen dalam darah), Dispnoe/Dyspnea (kesulitan bernafas), ketidakstabilan mental dan terbebas dari alkohol/keracunan obat.

Apabila pengambilan darah telah dilakukan, maka bagian Lab akan melakukan pemeriksaan sebelum darah dapat ditransfusikan (pra transfusi). Diantara uji pra transfusi yang dilakukan, yaitu : Uji Golongan Darah, Uji Saring Antibodi dan Uji Silang Serasi (Basavarajegowda & Shastry, 2022).

Pemeriksaan Pra Transfusi Darah

Pemeriksaan pra transfusi darah adalah pemeriksaan yang dilakukan mulai dari darah koleksi diterima di laboratorium hingga darah siap ditransfusikan kepada pasien (Basavarajegowda & Shastry, 2022). Lebih lanjut Basavarajegowda & Shastry menjelaskan dalam artikelnya, setelah pengujian ini, diharapkan darah hasil donor tersebut sudah memiliki kualitas yang baik, bebas dari segala macam penyakit dan sudah memiliki kecocokan dengan darah yang dimiliki oleh pasien.

Basavarajegowda & Shastry juga menjabarkan, uji pra transfusi yang dilakukan diantaranya, yaitu : Uji Golongan Darah, Uji Saring Antibodi, dan Uji Silang Serasi.

1. Uji Golongan Darah dan Rhesus

Pengujian ini dilakukan bagi sampel darah donor maupun sampel darah pasien. Sampel darah akan diujikan dengan reagen antisera untuk mengetahui jenis golongan darah dan rhesusnya. Kemudian perlu dilakukan uji konfirmasi golongan darah untuk memastikan bahwa golongan darah yang diujikan sudah benar.

2. Uji Saring Antibody

Uji saring antibodi dilakukan pada sampel darah donor maupun pasien. Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan ketika akan dilakukan transfusi darah. Metode yang digunakan adalah indirect antiglobulin test (IAT). Sampel plasma dari donor ataupun pasien direaksikan dalam incubator dengan sel panel.

Sel panel yang digunakan berasal dari sel darah merah (2,3, atau bahkan 4 sel) yang telah diketahui profil antigennya. Hasil pengujian ini akan menunjukkan keberadaan antibodi yang tidak diharapkan yang diduga dapat berbahaya ketika darah transfusi diterima oleh pasien.

3. Uji Silang Serasi / Uji Kompatibilitas

Menurut Giantini (2016), tahapan uji terakhir adalah uji silang serasi, yaitu reaksi antara sampel darah donor dengan sampel pasien dalam suatu media yang sama. Hasil pengujian ini akan menentukan apakah darah tersebut cocok atau tidak untuk ditransfusikan.

Terdapat berbagai macam metode yang saat ini diketahui untuk pemeriksaan uji silang serasi / uji kompatibilitas, diantaranya:

3.1 Immediate spin

Sampel plasma pasien direaksikan dengan sel darah donor atau sebaliknya antara sampel sel darah pasien dengan plasma donor dalam suatu media saline. Metode ini hanya dilakukan apabila pada uji saring antibodi tidak ditemukan antibodi yang tidak diharapkan.

3.2 Antiglobulin Crossmatch

Reaksi terjadi dengan media larutan 2-5% saline di dalam tabung. Sampel sel darah donor direaksikan dengan serum/plasma pasien kemudian diinkubasi dalam suhu 37℃ selama 45 menit. Lalu dilakukan washing untuk menghilangkan antibodi yang tidak diharapkan. Serum AHG dimasukkan setelah dilakukan sentrifugasi untuk kemudian dilakukan pembacaan hasil.

3.3 Computer / Electronic Crossmatch

Sampel pasien dilakukan uji saring antibodi, kemudian hasil tersebut dimasukkan ke dalam sistem elektronik. Dalam sistem elektronik tersebut, terdapat data fenotipe dari berbagai macam donor. Kemudian sistem akan memilih jenis donor mana yang akan cocok dengan sampel pasien yang dimasukkan.

Baca Juga: Leukosit dalam transfusi darah: kawan atau lawan?

Reaksi Pasca Transfusi

Ilustrasi demam karena reaksi transfusi darah

Ilustrasi demam karena reaksi transfusi darah. Sumber: Thibodaux Regional Urgent Care.

 

Merujuk pada buku yang ditulis oleh Armstrong (2008), berbagai macam reaksi transfusi dapat terjadi apabila terdapat inkompatibilitas ketika transfusi dilakukan. Beberapa contoh reaksi yang ditimbulkan seperti demam, alergi, ruam/infeksi, nyeri dada, kaku otot.

Selain hal tersebut, pada beberapa kasus terdapat reaksi yang jarang terjadi namun membahayakan nyawa, diantaranya : Acute Immune Hemolytic, Delayed Hemolytic dan Graft-versus-host Disease (biasanya pada donor organ) (Mayo Clinic, 2022).

Solusi Pencegahan Inkompatibilitas Donor Darah

Dikarenakan kebutuhan darah yang semakin meningkat, saat ini Indonesia masih memerlukan banyak kepedulian antar sesama warganya untuk melakukan donor darah. Namun, dibalik kuantitas yang harus terpenuhi, darah hasil donor juga harus memiliki kualifikasi yang sesuai sehingga tidak akan menimbulkan risiko berbahaya bagi penerimanya.

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, transfusi darah memiliki risiko yang dapat terjadi setelah darah diterima pasien donor yang diakibatkan oleh inkompatibilitas karena terjadinya kesalahan selama pemeriksaan pra transfusi.

Maka dari pada itu, diperlukan alat pemeriksaan darah yang menyeluruh, andal dan tentunya minim intervensi manusia agar menghasilkan hasil pemeriksaan pra transfusi darah yang akurat serta dapat diandalkan sehingga darah hasil donor tersebut memiliki kualifikasi yang sesuai serta menolong banyak orang tanpa menimbulkan reaksi yang berbahaya.

Qwalys EVO menyediakan kebutuhan pemeriksaan imunohematologi khususnya untuk pemeriksaan pra transfusi darah dalam hal uji konfirmasi golongan darah dan skrining antibodi. Kedua pemeriksaan ini dapat dilakukan satu waktu dalam satu alat, Qwalys EVO.

Qwalys EVO merupakan inovasi terbarukan dari DIAGAST, salah satu brand manufaktur bidang imunohematologi yang sudah terpercaya sejak tahun 1988. Pemeriksaan imunohematologi pada alat ini dilakukan berdasarkan metode EMT (Erythrocyte Magnetized Technology) dalam microplate.

Metode ini sudah dipatenkan oleh DIAGAST sejak tahun 2008, yaitu dengan magnetisasi pada sampel sel darah merah yang ada pada sampel sehingga menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik ini akan mempermudah reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Pembacaan hasil akan terlihat dengan jelas karena gaya magnetisasi akan memisahkan antara reaksi negatif dan positif di bagian dasar microplate.

Adanya teknologi EMT akan memudahkan user dalam penggunaannya karena alat Qwalys EVO sudah tidak memerlukan tahapan sentrifugasi dan washing ketika reaksi dilakukan.

Selain itu, alat ini sudah dilengkapi dengan tangan robotik yang dapat bekerja sepenuhnya secara otomatis berdasarkan program sehingga akan meminimalisir adanya human error pada saat pemeriksaan. Dengan dimensi yang tidak terlalu besar dan tidak memerlukan tambahan alat lainnya, Qwalys EVO adalah pilihan tepat bagi anda yang membutuhkan pemeriksaan imunohematologi pada darah secara lengkap dan akurat.

Membutuhkan alat imunohematologi fully automatic dengan hasil yang akurat dan terpercaya? silakan kunjungi halaman berikut untuk informasi lebih lanjut:

Pelajari Selengkapnya

Referensi Artikel:

Armstrong, B. (2008). Benefits and risks of transfusion. https://doi.org/10.1111/j.1751-2824.2008.00199.x.

Ayodonor – Palang Merah Indonesia. (2023). Palang Merah Indonesia. https://ayodonor.pmi.or.id/ [diakses pada 23 Maret 2023].

Basavarajegowda, A., & Shastry, S. (2022). Pretransfusion Testing. National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585033/#:~:text=Pretransfusion%20testing%20includes%20all%20activities,and%20crossmatching%20in%20the%20laboratory [diakses pada 23 Maret 2023].

Biro Hukum Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, hal.56-57. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Transfusi_Pelayanan_Darah_.pdf [diakses pada 23 Maret 2023].

Blood Transfusion. (2020). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14755-blood-transfusion [diakses pada 23 Maret 2023].

Blood Transfusion. (2022). Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-transfusion/about/pac-20385168 [diakses pada 23 Maret 2023].

Flavin, B. (2018). 6 Surprising Health Benefits of Donating Blood. https://www.rasmussen.edu/degrees/health-sciences/blog/surprising-health-benefits-of-donating-blood/ [diakses pada 23 Maret 2023].

Giantini, R, S, E,. (2004). ANALISIS BERBAGAI KASUS INKOMPATIBILITAS TRANsFUSI DARAH (Tesis Magister, Universitas Indonesia).

Romly, R. (2022). Menjaga Ketersediaan Darah Nasional. MediaKom Kementerian Kesehatan RI. https://mediakom.kemkes.go.id/2022/07/menjaga-ketersediaan-darah-nasional/ [diakses pada 23 Maret 2023].

Setyowatiningsih, Yuni. (2020). Transfusi Darah: Manfaat dan Resikonya untuk Pasien. RSUD dr. Mohammad Soewandhie. https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/transfusi-darah-manfaat-dan-resikonya-untuk-pasien/ [diakses pada 23 Maret 2023].

Syafitri, R. (2016). KASUS-KASUS RUJUKAN IMUNOHEMATOLOGI. PPDS FK Universitas Brawijaya. http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/Pem-Uji-Silang-Serasi-Permasalahannya-presentasi-terbaru-24-Sept-12-presentasi-revisi.pdf [diakses pada 23 Maret 2023].

Share

Kualitas Terjamin, Layanan Kesehatan Terbaik!

Tingkatkan layanan kesehatan yang Anda berikan dengan menggunakan alat kesehatan yang terjamin kualitasnya dan diakui lembaga internasional.